RESTART [31] : PESTA?

154 25 7
                                    

✨Happy Reading✨

Zera termangu, matanya terbelalak memandang lurus ke depan. Tepat di hadapannya, berdiri tegak seorang pemuda. Berdiri di depan pintu apartment nya.

''Ar..''

''Dari mana aja?'' suara itu terdengar begitu dingin, serasa menusuk tulang-tulang Zera.

Arsad berdiri menjulang tepat dua meter di hadapan Zera, menciptakan hawa dingin yang luar biasa. ''Danau.''

Jawaban tegas dari Zera membuat Arsad mendengus, pemuda itu berjalan mendekat dengan langkah besar. Membuat jantung Zera berdegup kencang, Arsad marah, Zera yakin. Tapi mengapa?

''Kalau mau keluar itu bilang-bilang Zer.. Gue nyariin lo berjam-jam tau nggak? Gue pikir lo kenapa-kenapa, tau-taunya lagi enak-enakan di danau.'' celotehan Arsad membuat Zera menghela napas lega, setidaknya ia lebih suka Arsad mengomel, dari pada marah dan mendiaminya.

''Ya maaf, gue lagi butuh healing.'' Zera menatap ubin lantai sembari menggerak-gerakan kakinya yang terbalut sepatu sketch.

''Lagian lo 'kan bukan emak gue, ngapain gue harus bilang-bilang?'' Zera mencoba menatap Arsad, bisa dilihat wajah pemuda itu menggelap. Zera meneguk ludah susah payah, sepertinya dia salah bicara.

''Masalahnya gue di percaya sama emak lo buat ngurusin tingkah lo yang nggak bisa diem itu.'' Arsad mengacak rambutnya sendiri, semakin lama ia merasa semakin gila. Ia menjadi parno setiap waktu mengingat kejadian buruk yang menimpa Zera seminggu lalu, tak ingin ingatan buruk itu kembali lagi.

Setiap Zera susah di hubungi, Arsad akan kelimpungan sendiri. Seperti halnya hari ini, Zera sama sekali tidak bisa di hubungi.

''Hp lo kemana?'' tanya Arsad mengingat apa yang membuatnya kemari.

Zera mengangkat ponsel yang sedari tadi di sakunya. ''Nih, kenapa?''

''Mati?''

Zera mengernyit, lalu mengotak-atik ponselnya. Dia nyengir. ''Iya, baterainya habis nih kayaknya.''

Arsad menepuk jidatnya sendiri, gadis di hadapannya benar-benar mengesalkan. Tentu dalam artian lain.

''Masuk ke dalam, terus isi baterainya, kerjain PR, terus langsung tidur.''

Zera mengernyit, mengapa Arsad malah terdengar seperti ibunya? Menyuruhnya ini itu dengan wajah menyebalkan.

''Tapi–"

''Nggak usah banyak protes, mending langsung masuk, besok piket lo kan?'' Arsad memotong ucapan Zera sebelum gadis itu sempat melayangkan protes panjang.

''Lo kayak emak-emak.'' Zera menggerutu kala Arsad mendorong punggungnya untuk berdiri tepat di depan pintu.

''Biarin, gih masuk!''

Menyebikkan mulut, Zera menuruti apa kata Arsad. Masuk kedalam apartemennya, sebelum dua detik kemudian ia kembali menyembulkan muka cemberutnya. ''Emak-emak.''

Pintu kembali di tutup sebelum Arsad sempat meremas wajah Zera, membuat Arsad menggigit pipi bagian dalamnya. ''Mulai nakal, ya.''

~•••~

Priit!!

Tak!

Zera menutup bolpoinnya, lalu berjalan mendekat ke lapangan. ''Perkembangan kalian semakin pesat, pertahankan kondisi ini oke?''

''Siap!'' semua anggota basket berseru kala mendengar nasihat sang manager. Zera tersenyum bangga.

''Tapi Arsad, sepertinya kemampuan lo menurun?'' Zera bertanya setelah para anggota menjauh untuk membersihkan diri, meninggalkan dirinya dan Arsad saja.

RESTART [KLAZERA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang