THIRTY TWO

2.5K 160 0
                                    

Jeno berniat segera melamar Haechan, dia juga sempat pergi ke Jeju untuk meminta restu kepada ibu dan adik Haechan, dengan berujung ia harus diporoti calon iparnya itu. Kalau mau dia di restui oleh dongsook yang sangat protektif pada kakaknya.

Setelah melakukan kegiatan mereka, Jeno mengajak Haechan untuk pergi jalan-jalan, hanya jalan santai mereka menyusuri jalanan di pinggir sungai Han , karena menurut mereka disini nyaman juga tidak terlalu ramai, toh orang-orang yang berada disini sibuk dengan kegiatan masing-masing, seperti pacaran, atau sekedar duduk santai di bangku juga rerumputan.

Jeno dan Haechan bergandengan tangan, menikmati pemandangan juga waktu qualiti time mereka, jarang-jarang juga kan bisa jalan bersama seperti ini karena kesibukan nya .

"Chan."

"Hemm,"

"Ish, suka sekali berdehem sihh. Kamu nggak bisa romantis dikit apa?" Dumel Jeno saat sang kekasih tidak peka dengan keinginan nya, dia itu mau sesekali Haechan memanjakan nya seperti pasangan lain. Misalnya tiba-tiba di peluk atau dicium tanpa di minta gitu.🤭

"Iya ,Nono mau gimana hemm.."

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

"Ngomong aja sih."

"Kalau misalnya kita nikah kamu siap nggak."

Haechan menghentikan langkahnya dan terdiam sesaat, dia mencoba mencerna ucapan sang kekasih.

"Maksud nya?"

"Ya misalnya aku ngajak kamu nikah, kamu mau nggak.?" Tanya Jeno masih dengan menggenggam tangan Haechan.

"Tergantung."
Jawab Haechan santai.

"Kok tergantung?" Jeno bingung dengan jawaban Haechan.

"Iya tergantung gimana kamunya!, kalau kamu siap Nerima aku apa adanya, kamu siap mental lahir batin, kamu siap mimpin aku dan kamu siap jadi kepala keluarga, ya mungkin aku akan pikirkan."

Jeno tersenyum, dia lega dengan jawaban Haechan, berarti memang dirinya tidak akan menunda lagi untuk melamar kekasih gembul nya itu.

"Kamu kenapa gemes banget sih Chan," pengen nya ngurung kamu cuma buat aku aja deh biar nggak ada yang lihat beruang manis ku ini.

Haechan mendecih dan memukul lengan Jeno pelan.

"Gombal,"

"Jujur loh ini aku Chan, serius."

"Bodo."

"Eh, ngomong-ngomong kamu kok jago banget ya bertarung, sejak kapan kamu bisa berkelahi."

"Ya karena aku ikut latihan judo dan karate." Jawabnya enteng.

"Hah."

Jeno kembali dibuat kaget oleh kekasihnya itu, dia tidak bisa membayangkan Haechan yang terkesan lembut dan tingkah absurd nya, mengikuti kegiatan beladiri yang cukup menguras tenaga, pantas saja dia terlihat begitu lihai dan juga sangat menyeramkan waktu mengahadapi namja yang mengaku sangat mencintai nya.
"Sejak kapan kamu ikut begituan? Dan setau aku kamu nggak pernah keluar tanpa member lain atau pengawasan."

"Sering kok, cuma mungkin kamu nya aja yang nggak pernah liat."

"Wooow,,,"

"Kenapa?"

"Sumpah Chan, aku nggak nyangka, yang aku kira aku udah tau semuanya malah terus terkejut sama yang kamu lakuin,! Benar-benar tidak tertebak."

Haechan tertawa, dia sampai memegangi perutnya karena ekspresi Jeno sungguh seperti orang bodoh.

HAECHAN atau Donghyuck [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang