...
Pagi-pagi sekali aku sudah datang ke kelas. Hanya ada beberapa orang yang sudah ada di kelas, salah satunya yang bertugas piket hari ini. Tanpa menyapa seperti biasanya, aku langsung duduk dan mengeluarkan semua buku catatan beserta alat tulis dari tas. Perasaan ku campur aduk hari ini sejak hari pengumuman. Aku masih tidak percaya dengan hasil ujian yang bisa membuatku turun dari satu menjadi enam. Di tambah lagi, bagaimana bisa lima orang lelaki yang baru ku ketahui adalah adik kelas ku berhasil membuat nilai ku tergeser dan Taehyung-nama yang berhasil ku ingat sejak kemarin menjadi peringkat pertama seluruh angkatan dari kelas satu, dua sampai tiga. Padahal, dia masih kelas satu dan berhasil mengalahkan ku dari kelas tiga.
Perbedaan kami yang masih terpaut dua tahun ini membuatku ingin segera mengalahkannya.
Aku pikir mudah.
Nyatanya, aku semakin tidak bisa mengejar lelaki itu yang beberapa hari kemudian masuk kelas akselerasi dan ditempatkan di kelas dua. Taehyung menjadi populer sejak saat itu bahkan kepopulerannya juga mengalahkan ku karena hampir siswa perempuan di satu sekolah ini tergila-gila padanya.
"KYAAAA~ TAEHYUUUUNGGG~"
"OH, ASTAGA! LIHAT KERINGATNYA ITU!"
"TAEHYUNG KUU! KAU TAMPAN SEKALIIII!"
"KYAAA~ KIM TAEHYUNG! KIM TAEHYUNG! KIM TAEHYUUNG!!!"
Apa-apaan sih mereka ini! Aku terus menggerutu dalam hati. Konsentrasi ku pecah yang sedang belajar rumus phytagoras karena teriakan cempreng dari perempuan-perempuan di kelas ku yang sedang melihat Taehyung bermain basket dari jendela kelas. Sekali lagi aku mencoba kembali berkonsentrasi dengan menyumpal earphone ke telinga agar teriakan itu tidak terlalu menusuk gendang telinga yang mungkin bisa membuat ku berdarah.
"KYAAAAA TAEHYUNG!!!"
"DAEBAK! DIA JAGO SEKALI!"
"KIM TAEHYUNG SARANGHAEEE!"
Bahkan telinga yang sudah ku sumpal pun masih bisa mendengar teriakan keras dari para bucin Taehyung. Ah, sial! Kalau begini terus, nilai ku akan turun lagi!
Terpaksa, aku pun berdiri sambil membawa buku catatan keluar dari kelas untuk mencari tempat sepi yang bisa membuat ku belajar kembali. Aku melangkah santai menuju perpustakaan saat seseorang menepuk bahu ku dan aku menoleh.
"Tada~" temanku, Kang Seulgi, memberikan sekotak susu dengan senyum cerah.
"Gomawo, Seulgi-ya." balas ku menerima susu itu dan meminumnya sembari berjalan beriringan di koridor.
"Biar ku tebak, kau pasti ingin ke perpustakaan." ujarnya sembari berjalan mengikuti langkah ku.
Aku menganggukkan kepala, "Yap, kau tau dimana lagi aku bisa bersembunyi selain di perpustakaan."
"Kau ini, sekali-kali kenapa kau tidak belajar terus, hmm? Bermain bersamaku setelah sepulang sekolah atau bolos saat pelajaran Lee Ssaem di mulai. Ayolah, Joohyun-a..." Seulgi menggelayut di lengan ku dengan gaya manjanya.
"Itu bukan gayaku. Aku tidak suka melakukan hal-hal itu." balasku yang teredam dengan suara teriakan perempuan lagi berasal dari jendela koridor yang aku lewati.
"Apa Taehyung kembali mencetak skor?" Seulgi berujar yang lebih terdengar seperti mengatakannya pada diri sendiri lalu menarikku mendekat jendela dan melihat lapangan yang ada di bawah sudah dipenuhi oleh para siswa perempuan sedang duduk memadati tribun menonton pertandingan basket, lebih tepatnya melihat Taehyung yang ku tahu sebagai kapten di ekskul basket sekolah.
"Wah, daebak! Sudah tiga kali timnya menang melawan anak kelas tiga!" seru Seulgi yang tidak menyadari kalau aku tidak peduli.
"Ah sudahlah, aku ingin ke perpustakaan saja." Aku hendak melangkah pergi, namun Seulgi kembali menarik tangan ku.
"Sebentar, Joohyun-a." Seulgi menahan ku lalu berteriak keras, "TAEHYUNG-A, SARANGHAEEEE!!!"
Aku memutar bola mataku, merasa jengah dengan teman ku yang juga terkena virus bucin Taehyung lalu aku melihat ke bawah dari jendela lantai tiga memerhatikan lelaki itu yang berlari lincah di lapangan sambil mendrible bola lalu memasukkannya ke dalam ring hingga mencetak skor.
Skor berubah menjadi 4:1.
Pertandingan basket kelas dua melawan kelas tiga di jam istirahat itu berhasil diunggulkan oleh Taehyung. Semua orang di lapangan itu berteriak heboh seakan pertandingan itu adalah pertandingan piala dunia.
Seulgi di sebelahku juga tak kalah heboh dan kembali berteriak, "TAEHYUNG-A KAU KEREN SEKALI!"
Aku masih menatap ke bawah memperhatikan Taehyung yang kini sedang di peluk oleh teman-teman di timnya membuat mata kami tidak sengaja bertemu. Taehyung menatap ke arah jendela lantai tiga, dimana aku dan Seulgi berdiri sedang memperhatikannya. Aku ingin memutus kontak mata kami, tapi yang ada aku semakin menatapnya. Ku lihat dari atas, Taehyung yang berada di bawah sampai mendongakkan kepalanya lalu tersenyum kotak sambil melambaikan tangan ke arah kami hingga pantulan cahaya matahari mengenai matanya yang menatap ke arah ku.
Aku diam, tapi Seulgi semakin heboh.
"KYAAAAAA KAU LIHAT, JOOHYUN-A! DIA MELAMBAI DAN TERSENYUM PADAKU! KYAAA!" teriak Seulgi.
Aku masih tetap diam dan akhirnya lebih dulu memutus kontak mata dengan Taehyung lalu memilih pergi menuju tujuan utama ku.
Dasar kau, Kim Taehyung!
Sangat tebar pesona! Cih!●
Itu dia 'kan? Perempuan cantik yang waktu itu marah padaku karena aku berisik di aula?
Ah, ternyata benar dia!
--Kim Taehyung--☀️☀️☀️
blub blub blub~
2 chapter langsung publish! Sekali lagi, semoga kalian syukaaa nguehehe aku update random dan sekali update 2 chapter!♡Sampai jumpa lagi! Purple u blub💜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Oppa!
Fanfiction(END - Vrene) My Beloved Oppa! : "I want to be your Oppa." ... "Lalu, aku harus memanggilmu apa? Taehyung-ssi? Taehyung-a? Taehyungie? Atau ada panggilan Taehyung yang lain?" balas ku. Taehyung menggangguk, "Ada panggilan lain untukku." "Apa?" tanya...