...
"Ini tidak masuk akal! Kenapa Lee Ssaem membuat kelompok belajar gabungan di saat seharusnya kita bisa belajar di les atau kelompok belajar antar sekelas saja." sahut Jimin yang baru masuk ke kelas saat aku sedang sibuk mencatat materi sambil mendengar percakapan teman-teman sekelas.
"Kau juga bergabung di kelompok belajar?"
"Aku juga." kali ini suara Mingyu. Aku sudah paham dengan suara anak-anak di kelas, jadi tanpa menoleh siapa yang bicara hanya mendengar suaranya saja aku sudah tau.
"Kelompok belajar tidak berguna," Jimin bersuara lagi, "Belajar tidak kondusif, anggotanya juga dipilih secara acak bahkan tidak ada yang tau mana anak yang berniat belajar atau tidak. Kalian tau, di antara semuanya cuman aku yang sibuk dengan buku, mereka hanya sibuk dengan ponsel masing-masing." Lantas mendengar Jimin berkata seperti itu, entah kenapa aku menoleh dan ikut nimbrung percakapan mereka.
"Jimin-a, aku setuju!" ujar ku memberi pendapat, "Kau benar kalau kelompok belajar itu tidak ada gunanya, hanya sebagai formalitas saja agar kita semua saling mengenal dengan anak kelas satu dan dua. Tapi, sungguh ini sangat merepotkan."
"Yes, kau benar." Mingyu membalas, "Inginnya aku bilang pada Lee Ssaem sebaiknya kelompok belajar itu ditiadakan karena hanya mengganggu jam kelas malam yang sekarang ini juga tidak kondusif lagi."
"Tapi, kalau tidak ada kelompok belajar, kita tidak ada jam belajar tambahan selain kelas malam dan di tempat kursus." Jihoon yang daritadi diam ikut bersuara.
"Benar, sih. Hanya saja seandainya kita bisa memilih anggota kelompok belajar yang sama-sama mau belajar dan diajak kerja sama, jadi bisa menyesuaikan diri." balas ku.
"Yaaa bukannya anggotamu pintar semua?" Jimin bertanya padaku, "Kau bersama Yuta, Taeyong, Jeonghan, Sungjae yang mendapat peringkat dua sampai lima apalagi Taehyung yang peringkat pertama juga bergabung bersamamu."
Ah, mengingat bagaimana pertemuan pertama dengan mereka membuat ku menghela nafas, "Mungkin memang semua orang berpikir seperti itu, tapi kau akan tau sendiri kalau kau gabung ke dalam kelompok belajar ku."
Suara bel masuk pun terdengar. Kelas yang berisik masih tetap berisik seakan tidak mendengar bel masuk tersebut, sementara aku kembali berkutat dengan buku catatan saat pikiran ku mendadak tertuju pada Taehyung dan mulai mengecek ponsel. Lebih tepatnya mengirim pesan singkat pada Taehyung karena dari semalam belum juga di balas olehnya.
Bae Joohyun
Taehyung-a, mau berkumpul kelompok belajar lagi hari ini? Aku ingin kita semua lengkap berkumpul, bagaimana? Apa kau bisa?Tidak ada balasan bahkan di baca saja tidak. Aku tidak tau ada apa dengan Taehyung sampai tidak lagi mengirim pesan dengan selfie-nya, memberikan ku strawberry milk bahkan saat tidak sengaja bertemu pun terkadang dia menghindar bahkan tidak menyapaku sama sekali. Aku menghela nafas memandangi layar ponsel bertepatan guru yang mengajar pagi hari masuk ke dalam kelas. Ku masukkan ponsel ke dalam tas. Aku berencana untuk menemui Taehyung saat istirahat nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Oppa!
Fanfic(END - Vrene) My Beloved Oppa! : "I want to be your Oppa." ... "Lalu, aku harus memanggilmu apa? Taehyung-ssi? Taehyung-a? Taehyungie? Atau ada panggilan Taehyung yang lain?" balas ku. Taehyung menggangguk, "Ada panggilan lain untukku." "Apa?" tanya...