3;; Tahan Nafas

197 57 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Teman-teman!" Aku berdiri di depan kelas sambil mengetuk-ngetuk papan tulis dengan penghapus, "Harap tenang sebentar, aku akan menyampaikan amanat dari Lee Ssaem."

Suasana kelas yang tadinya berisik menjadi tenang dan semua atensi tertuju padaku.

"Baiklah, terima kasih." ujar ku memulai pembicaraan pada teman sekelas yang patuh padaku lalu aku melanjutkan, "Lee Ssaem hari ini tidak masuk dikarenakan ada rapat penting di luar kota, jadi..." Belum selesai aku meneruskan kalimat, seisi kelas berteriak heboh karena senang guru killer yang mengajar matematika tidak datang untuk mengajar. Padahal, aku sendiri merasa sedih harus menunda materi yang diberikan guru tersebut.

"Teman-teman!" Aku kembali mengetuk-ngetukan papan tulis dengan penghapus sehingga seisi kelas kembali diam, "Biarpun hari ini kita ada jam kosong, tugas yang di berikan kemarin tetap dikerjakan dan dikumpulkan pagi ini. Jadi, aku ingin kalian cepat mengumpulkan buku kalian padaku."

Seisi kelas mendesah kecewa dengan ucapan ku barusan. Beberapa ada yang langsung memberikan buku tugasnya padaku dengan malas, ada yang merasa tidak peduli, dan ada yang buru-buru menyalin tugas milik temannya yang lain. Dalam waktu singkat, seisi kelas tenang lagi dan tugas-tugas yang ku suruh pun sudah tertumpuk di atas meja. Aku masih berdiri sementara teman-teman yang lain kembali duduk dengan tenang, "Baik, terima kasih. Aku akan mengantar tugas kalian ke meja Lee Ssaem."

Setelah itu, aku berjalan keluar sambil membawa setumpukkan buku-buku milik seisi kelas yang susah payah ku bawa menuju kantor guru. Pelan-pelan, aku berjalan di koridor sekolah di antara banyaknya siswa yang berlalu-lalang karena takut akan menabrak seseorang dan tumpukkan ini berjatuhan.

"Jwiseonghaeyo (permisi)," Aku mendengar suara seseorang berbisik saat melewati ku lalu aku berhenti melangkah saat mata ku yang terus menatap lantai untuk memperhatikan jalan melihat ujung sepatu seseorang berhenti di depan ku. Aku tidak bisa melihatnya karena terhalang dengan buku-buku yang ku pegang saat ini.

"Noona, annyeong haseo!" sapanya membuatku memiringkan kepala untuk melihat orang dihadapanku dan ternyata itu dia! Kim Taehyung.

"Ada apa?" tanya ku galak.

"Kau ingin ke kantor guru?" tanyanya balik seakan tidak menyadari kalau aku bersikap galak padanya.

"Kalau sudah tahu, jangan halangi jalan ku. Cepat minggir sana!" Aku pun meneruskan langkah meninggalkan Taehyung yang bisa ku dengar langkah kakinya mengikuti ku lagi.

"Sini, aku bantu." ujarnya hendak mengambil buku-buku dari tanganku yang langsung ku jawab cepat, "Tidak perlu."

"Kubawakan bukunya." Taehyung malah mengulurkan tangan padaku membuatku berhenti berjalan dan berpikir sejenak. Ruang guru ada di lantai satu, sedangkan aku ada di lantai tiga. Kemungkinan besar aku bisa mati kelelahan hanya untuk mengantar tumpukan buku ini dengan susah payah berjalan menuruni tangga, tapi kalau aku meminta bantuannya pasti dia meminta sesuatu yang lain sebagai alasan balas budi.

"Pasti berat sekali," Taehyung masih mengulurkan tangan di depan ku.
Akhirnya, pertarungan dalam diriku berakhir karena saat ini aku kalah dan memberikan setengah tumpukan buku yang ku bawa ke tangannya, "Eo, mugeopta (iya, memang berat)."

Setelah itu, aku pun berjalan beriringan dengan Taehyung yang membantuku bertepatan saat itu juga bel masuk berbunyi.

"Lain kali, kalau bawaan Noona berat... Noona bisa menghubungiku. Aku pasti akan datang membawakannya untuk Noona." Taehyung berujar. Aku hanya mendengus mendengar ucapannya yang bisa ku tebak pasti dia lihai untuk menggoda perempuan.

"Omong-omong, kau tidak masuk ke kelas?" tanyaku kala sudah menuruni tangga menuju lantai dua.

"Tidak, aku akan membantu Noona dulu baru masuk kelas." jawabnya yang mensejajarkan langkahnya dengan langkahku sampai akhirnya masuk ke kantor guru. Aku menaruh tumpukan buku di meja guru Lee lalu mengambil tumpukan buku yang ada pada Taehyung saat tak sengaja tangan ku malah bersentuhan dengan tangannya. Setelah itu, aku dan Taehyung berjalan menuju kelas.

"Noona, kau ketua kelas, apakah tidak ada yang membantumu?" tanyanya.

Aku yang berjalan di depannya menggeleng, "Tidak, toh aku bisa melakukannya sendiri."

"Tapi, tidak apa kalau Noona kesusahan seperti tadi bisa langsung menghubungi ku." ujarnya lagi membuat ku berhenti melangkah dan menoleh padanya yang berada di dua anak tangga di bawah ku. Aku bisa melihat wajah Taehyung yang terkejut.

"Dengar ya, Kim Taehyung-ssi." Aku menyedekapkan tangan di dada, "Jangan sok dekat dengan ku meski aku tau kau memang di gila-gilakan di sekolah ini. Aku bukan salah satu di antara mereka, jadi jangan menganggap aku adalah fansmu sehingga kau bisa merasa mudah dekat dengan ku." Ku lihat Taehyung hendak mengucapkan sesuatu, namun aku tidak memberinya kesempatan dan kembali berujar sembari menunjuknya dengan jari telunjuk, "Kau... jangan memanggil ku Noona! Aku bukan kakakmu atau saudaramu! Kita tidak saling kenal untuk bisa memanggil dengan panggilan akrab seperti itu, jadi..."

Oh, sial!

Aku tertegun sampai rasanya aku kehabisan kata-kata karena Taehyung langsung menaiki dua anak tangga sekaligus sehingga wajahnya dekat sekali dengan wajah ku. Aku bahkan bisa melihat jelas bagaimana manik matanya yang berwarna cokelat, kulit wajahnya yang halus tanpa goresan sedikitpun, dan juga bibirnya berwarna rosy mengkilap yang tersenyum kotak padaku.

"Kalau kau tidak ingin ku panggil Noona, haruskah aku memintamu memanggilku Oppa?" Suara barithonnya yang lembut dan nafasnya yang mengenai wajahku itu berhasil membuat ku melotot karena ucapannya.

Aku hendak mendorongnya, namun Taehyung lebih dulu menaiki tangga selanjutnya. Dan sebelum beranjak meninggalkanku yang masih terdiam, Taehyung menepuk bahuku. "Hey, bernafaslah. Kau akan mati kalau tidak bernafas."

Setelah itu, aku mendengar suara Taehyung yang tertawa keras meninggalkan ku sendirian di tangga dengan nafas tersengal-sengal.

Aku baru menyadari kalau daritadi aku menahan nafas karena dia.

Sial!

Sihir apa yang dia lakukan padaku?

Oh, astaga! Perempuan mana lagi yang sangat lucu selain dia!
Lihat ekspresi wajahnya saat aku dekati HAHAHAHHAHA imut sekali!
--Kim Taehyung--

☀️☀️☀️

blub blub blub~
Ini sekali update 2 chapter yaww hehew selamat menikmati cerita manis-manis ini!♡

My Beloved Oppa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang