Part 6. Restu Kilat

12.7K 1.3K 29
                                    

Svarga diminta oleh Queenzi untuk menunggu di mobil sampai wanita itu memberikan kode berupa chat untuk dirinya masuk ke dalam. Begitu chat tersebut masuk ke ponselnya, dia pun ke luar dari mobilnya dan melangkah santai ke dalam tanpa hambatan. Dari luar sudah terdengar suara geledek mami Queenzi, membuatnya sejenak mengulum senyum.

"Assalamualaikum," sapanya begitu sampai di ruang keluarga di sana.

"Waalaikumsalam," sahut Zifani pelan sembari menoleh malas. Namun saat melihat Svarga, ekspresinya berubah penuh warna. "Kamu, teh ..."

"Iya, Tante. Saya Svarga," ucap Svarga membenarkan dugaan Zifani.

"Ya ampun, kamu makin ganteng aja. Tante sampai pangling loh." Zifani langsung berdiri menyambut Svarga dengan tangan terbuka.

"Hehe, Tante bisa aja," kekeh Svarga. "Tante juga makin cantik. Tadi saya sempet ragu kalau Tante ini kakaknya Queenzi."

"Ah yang bener?" Zifani sontak salah tingkah. Dia membetulkan rambutnya yang diatur melengkung ke dalam.

"Bener, Tante." Svarga tersenyum.

Zifani awalnya tersenyum senang, tapi kemudian mengerutkan kening. "Eh, tapi kok kamu bisa ada di sini?" tanyanya heran.

"Saya boleh duduk dulu nggak, Tan?" Kekeh Svarga terdengar lagi.

"Astaga, iya sampai lupa. Ayo Svarga duduk." Zifani lantas memanggil ART di sana untuk membuatkan Svarga minum.

Queenzi melirik Svarga. Dia salut pada ketenangan pria itu. Dirinya saja cukup deg-degan menghadapi Zifani yang notabene-nya adalah maminya, tapi pria itu sedikitpun tidak terlihat gugup.

"Maaf Tante, Om mana ya? Biar saya sekalian ngomongnya," tanya Svarga sopan.

"Papi Queenzi biasalah lagi ngumpul sama temen-temen motornya," jawab Zifani agak mengeluh. "Udah nggak papa ngomong sama Tante aja. Papi Queenzi itu gampang orangnya, nurut sama Tante."

"Baik kalau gitu, Tante." Svarga agak memajukan duduknya dengan sikap tegak sempurna. "Sebelumnya saya mau minta maaf ke Tante kalau saya datengnya tanpa mengabari lebih dulu. Ditambah saya datang sendirian dan nggak bawa apa-apa."

"Udah, lanjut aja. Tante penasaran ini kamu sebenarnya mau ngomong apa. Deg-degan pisan," potong Zifani.

"Mami sabar ih," tegur Queenzi.

"Jadi gini Tante, tujuan kedatangan saya ke sini adalah untuk melamar putri Tante." Svarga pun langsung ke intinya.

"Hah? Putri Tante, siapa?" Zifani malah terlihat kebingungan.

"Emang Mami punya anak lain selain aku?" geram Queenzi.

"Eh, kamu maksudnya? Loh ..." Zifani bertambah bingung. Dia tahu Queenzi dan Svarga dulunya pernah menjalin hubungan, namun kandas begitu saja. Lalu setelah itu yang dia juga tahu, Queenzi sangat tidak suka bila nama Svarga disebut-sebut.

"Iya Tante, saya ke sini mau melamar Queenzi menjadi istri saya." Svarga mengatakan lebih jelas.

"Tante setuju. Deal!" Zifani mengulurkan tangannya sebagai peresmian.

"Ih, Mami apaan sih main setuju aja." Queenzi menyikut maminya. Jangan terlalu murahan Mi, jual mahal dikit kek anaknya.

"Queen, kamu pernah denger nggak pepatah bilang kesempatan baik itu nggak datang dua kali." Zifani berkata dengan bijak. "Coba kamu bayangkan, kamu baru aja putus tapi tiba-tiba ada lamaran datang. Ini, kan, kebetulan yang jarang terjadi."

Karena emang udah diatur, Mami. Queenzi melirik Svarga, pria itu pasti sedang tertawa geli karena sikap sang maminya ini.

"Tante bener banget, ini bagian dari takdir," timpal Svarga sependapat.

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang