Part 22. Kiss Effect

12.9K 859 305
                                    

Lamanya perjalanan yang memakan waktu hingga delapan jam membuat Queenzi terserang jet lag. Dia merasa pusing, namun tidak bisa tidur. Saat sampai di resorts, dia memuntahkan rasa tidak nyaman di perutnya agar lebih lega. Untungnya ada Svarga yang sangat perhatian mengurusinya hingga memijat kepalanya.

"Kamu nggak pernah pergi sejauh ini emang?" tanya Svarga. Dia khawatir melihat wajah Queenzi sampai pucat, ditambah muntah-muntah tadi.

"Ya pernah, tapi emang kalau terbang lebih dari tiga jam aku biasa jet lag." Queenzi merasa ngantuk, tapi sulit untuk tidur.

"Ini pasti karena kamu nggak makan seharian, terus kurang minum juga. Makanya tadi pas aku ajak makan tuh nurut, ini malah nggak mau." Svarga kesal mengingat Queenzi susah sekali bila diajak makan.

"Ya, kan, nggak laper. Kalau dipaksain yang ada aku mual." Queenzi bicara tanpa membuka matanya.

"Tapi sekarang harus diisi perutnya. Aku pesenin makan, ya." Svarga lalu menelepon pihak resorts memesan makanan sesuai buku menu yang ada di dekat pesawat telepon.

Setelah itu, Svarga kembali duduk di ranjang, menaruh kepala Queenzi ke pahanya dan memijatnya kembali. "Kalau setelah makan masih ngerasa pusing, kita ke rumah sakit aja. Nanti aku tanya ke resepsionis kali aja ada fasilitas kesehatan di deket-deket sini. Jangan minum obat sembarangan," ucapnya sangat perhatian.

Queenzi membuka matanya. Svarga memperlakukannya dengan sangat lembut, sehingga tidak bisa dianggap biasa saja. "Sebenernya ada obat yang lebih manjur dibandingkan dengan obat medis," ucapnya.

"Apa?"

"Kiss me," jawab Queenzi.

Svarga terkekeh, tidak begitu menganggap serius ucapan Queenzi.

"Loh, aku serius. Kamu belum pernah denger kalau ciuman bibir itu punya banyak manfaat buat kesehatan? Itu pakar kesehatan loh yang ngomong."

Svarga tersenyum. "Manfaatnya apa aja?" tanyanya.

"Pertama, bisa meningkatkan daya tahan tubuh, alasannya karena saat ciuman tubuh akan mengeluarkan hormon oksitosin, di mana hormon ini bisa mengurangi pengaruh buruk dari hormon kortisol yang keluar saat kita stres."

"Kedua bisa bakar kalori sama bikin wajah lebih kencang. Aku nggak perlu jelasin kenapa, kamu pasti tau karena saat berciuman kita akan berasa lagi olahraga ringan," tambah Queenzi.

"Selain itu bisa meningkatkan aliran darah, mengusir emosi negatif, terus paling penting bisa bikin bahagia. Nah, kalau udah gitu otomatis kepala bakalan terasa lebih enteng, nggak sakit lagi," tutup Queenzi dengan senyum manisnya.

Mendengar penjelasan panjang yang sangat berwawasan itu, Svarga pun menatap takjub pada istrinya itu. "So, intinya kamu minta aku cium kamu?" tanyanya menggoda.

Queenzi menunjuk bibirnya sebagai jawaban.

"Sebenernya nggak perlu segala teori itu buat bikin aku cium kamu, karena tanpa kamu minta pun aku bakalan selalu ajak kamu ciuman." Svarga lalu membungkuk dan mencium bibir Queenzi.

Merasa tidak puas berciuman dengan posisi wajah mereka berlawanan seperti ini, Queenzi beranjak duduk sembari memutar tubuhnya. Dia yang ambil alih dengan cara duduk di atas paha Svarga, merangkul lehernya dan menciumnya lebih bergairah lagi.

Teori itu memang benar. Ciuman ini membuatnya lebih rileks, sehingga rasa sakit di kepalanya berangsur lebih ringan. Gairah yang timbul dari ciuman ini membuatnya melupakan rasa lelah dan kantuk.

Ting. Tong.

Keduanya terpaksa melepaskan ciuman dan menoleh ke pintu. Pasti itu pegawai resort yang mengantar pesanan Svarga tadi. Dengan wajah kecewa, Queenzi terpaksa turun dari pangkuan Svarga sembari mengelap bibirnya.

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang