Part 14-15. Queenzi Hilang

9.8K 940 29
                                    

Malam ini seharusnya Queenzi tidak pergi, sebab besok wanita itu akan menikah. Namun setelah menerima satu panggilan telepon, dia buru-buru ke luar dari rumah tanpa berpamitan dengan siapapun. Orang tuanya yang khawatir langsung menelepon Svarga meminta bantuan, alhasil kepanikan pun melanda semua orang.

Perjalanan yang harusnya ditempuh lima puluh menit, menjadi hanya dua puluh menit karena Svarga terlalu ngebut. Dia langsung datang ke sini begitu mendapat telepon, padahal di rumahnya sedang kedatangan teman lama dan keluarga jauh yang sedang berkumpul.

"Svarga," sambut Zifani dengan wajah yang begitu khawatir.

"Gimana Mi, udah ada kabar dari Queen?" tanya Svarga turut khawatir.

"Belum, Ga. Mami udah coba telepon berkali-kali, tapi nggak diangkat. Dia teh nggak pernah kayak gini." Zifani meremas tangannya, resah.

Svarga mengeluarkan ponselnya. Dia mencoba menelepon Queenzi, namun sama tidak diangkat. "Keluarnya udah lama, Mi?" tanyanya.

"Tadi kalau nggak salah jam setengah satu ya, Pi? Nggak lama setelah Tante Evelyn pulang." Zifani bertanya pada suaminya yang dibalas dengan anggukan kepala.

"Tadi itu ada telepon, terus Queen izin ke kamar. Nggak lama habis nerima telepon, dia langsung buru-buru pergi nggak pamitan lagi," jelas Zifani lagi.

Svarga berpikir keras siapa kira-kira yang menelepon Queenzi saat tengah malam seperti ini. Se-urgent apa sampai wanita itu harus pergi tanpa sempat berpamitan. "Mami punya nomor Ardan?" tanyanya. Hanya satu nama itu saja yang terpikir olehnya.

"Ardan?" Kening Zifani berkerut. "Apa hubungannya sama Ardan?"

"Nggak ada, Mi. Cuma ... nggak ada salahnya kalau kita nanya ke dia. Kali aja dia tau," jawab Svarga.

"Betul Mi, siapa tau Queen ketemu Ardan. Mami sendiri yang bilang ke Papi, akhir-akhir ini Ardan berusaha ngedeketin Queen lagi," ucap Zidane bagai keceplosan.

Svarga mengetatkan rahangnya.

"Oh, gitu ya? Kalau nggak salah Mami masih simpan nomornya." Zifani lalu mengecek kontaknya dengan ekspresi serius. "Nah ini dia." Diberinya ponsel itu pada Svarga.

Svarga menelepon nomor Ardan dari ponselnya. Panggilan pertama tidak diangkat, hingga panggilan kedua baru terdengar suara berat mantan kekasih Queenzi itu. Dia menyalakan speaker agar orang tua Queenzi juga mendengar.

"Halo, siapa nih?"

"Ini gue, Svarga."

"Brengsek. Ngapain lo nelepon gue?" Suara malas-malasan Ardan berubah jadi berapi-api.

"Lo lagi sama Queen?" todong Svarga langsung, tanpa basa-basi.

"Ngapain lo ..." Hening kemudian. Tak lama kemudian terdengar kekeh dari Ardan. "Emangnya kenapa kalau gue lagi sama Queen?"

"Bajingan, mana Queen?! Lo di mana?!" sergah Svarga sangat marah.

Ardan tertawa. "Ngapain gue harus kasih tau lo? Mending lo batalin niat lo buat nikahin Queen, karena sampai detik ini di hati dia cuma ada gue. Ini aja buktinya dia nyamperin gue, sama sekali nggak menghargai perasaan lo sebagai calon suaminya."

"Gelok, mau Mami robek mulutnya," geram Zifani.

"Jangan banyak bacot lo. Di mana lo sekarang?" Svarga mengepal tangan, tubuhnya terbakar api kemarahan.

"Sorry, atas izin Queen gue nggak bisa kasih tau lo. Jangan nelepon lagi, lo ganggu kita yang lagi seneng-seneng tau nggak."

"Heh, anj ..."

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang