Part 1A. Takdir

20.6K 1.7K 34
                                    

Seberat apapun masalah yang Queenzi hadapi, biasanya dia tidak pernah lari ke minuman beralkohol. Tapi malam ini sudah benar-benar puncaknya. Dia tidak tahan lagi. Itu sebabnya dia pergi ke sebuah lounge di salah satu hotel berbintang, untuk menenangkan diri. Dia belum siap bercerita dengan para sahabatnya, terlebih keluarganya mengenai masalah ini.

"Sejak kapan kuat minum?" Svarga tiba-tiba saja sudah duduk di sebelah Queenzi, menggoyang gelas vodka di tangannya dengan elegan.

Queenzi menoleh sebentar, kemudian memalingkan wajah. "Ngapain kamu ke sini?" tanyanya sekadar basa-basi.

"Tadinya aku pikir ini tempat laundry, eh ternyata tempat buat minum. Aku nyasar kayaknya," sahut Svarga.

"Nggak lucu. Kalau mau ngelawak di luar sana, cari anak kecil yang punya selera humor buruk," cibir Queenzi.

Svarga tertawa. "Segitu nggak lucunya ya aku di mata kamu?" kekehnya.

"Stay here as long as you shut up and drink, or get out of here." Queenzi berkata dengan tegas.

"Masih galak ya ternyata," sindir Svarga.

"Aku yang pergi kalau gitu." Queenzi hendak turun dari stool itu, namun Svarga menahan tangannya.

"Oke, aku diem. Sorry." Svarga berjanji agar Queenzi tetap duduk di sana.

Queenzi menenggak sisa minuman di gelasnya. Meski sudah menghabiskan dua gelas, tetap saja rasanya pahit. Ini pertama kalinya dia mencoba alkohol selain wine. "Wanita itu pacar kamu?" tanyanya tanpa menoleh.

"Sonya?" Svarga menatap Queenzi dari samping, tapi wanita itu diam saja. Dia pun mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa diem aja dia direbut laki-laki lain? Kamu nggak marah emangnya?"

"Aku akan marah kalau Sonya direbut secara paksa. Tapi ini, kan, nggak. Dia juga mau, ngapain diributin?" Svarga tidak terlihat menyesal.

Queenzi lalu menoleh Svarga. "Kamu tuh nggak pernah berubah ya dari dulu, selalu menggampangkan semua masalah dan nggak mau berjuang buat mempertahankan. Apa karena kamu merasa gampang cari pacar baru dengan mengandalkan wajah kamu itu?" sindirnya.

Svarga kembali tertawa. "Kamu juga nggak pernah berubah, selalu negatif thinking ke aku," sindirnya balik.

Queenzi memalingkan wajah lagi.

"Kalau wanitanya memilih pergi dan nggak mau bertahan, ngapain aku harus maksa? Bukannya itu egois ya?" tanya Svarga ingin membahasnya lebih jauh.

Queenzi menoleh Svarga lagi dan kali ini begitu lekat. "Ga, terkadang wanita pergi itu bukan karena nggak mau bertahan, tapi karena dia ingin melihat apakah dia cukup layak untuk diperjuangkan," ucapnya serius.

Svarga terpaku menatap Queenzi.

"Ya ... tapi orang kayak kamu nggak akan ngerti sih. Soalnya kamu merasa gampang dapetin yang baru, jadi bisa dengan mudah ngelupain yang lama." Queenzi kembali mengejek.

"Kamu bikin aku nyesel karena dulu nerima gitu aja keinginan kamu buat putus," ucap Svarga.

"No. Jangan salah paham. Aku nggak lagi ngomongin kita. It's just the past, it doesn't matter anymore. Aku cuma ngebahas yang sekarang, yang terjadi sama kita karena perselingkuhan yang mereka lakukan."

"Nggak penting ya ..." Svarga lantas mengangguk, lalu menenggak habis minumannya.

"Emang nggak penting, kan?" Queenzi menegaskan, namun sebenarnya dia berharap jawaban sebaliknya.

Alih-alih menjawab Svarga memilih untuk bertanya, "I have a question."

"What?"

"Kenapa dulu minta putus?"

"Ini kayak takdir nggak sih?" tanya Svarga.

"Takdir ... maksud kamu?" Queenzi tidak mengerti.

"Kejadian hari ini yang melibatkan kita berdua, rasanya nggak mungkin kalau kita anggap ini hanya kebetulan aja. Mereka kayak perantara yang udah diatur untuk mempertemukan kita lagi," ucap Svarga dengan serius.

Untuk beberapa detik Queenzi terpaku menatap Svarga, tapi setelah itu dia tersenyum sinis. "Beneran Don Juan," ejeknya pelan.

"Don Juan?" Kening Svarga mengerut.

Queenzi kembali menatap Svarga dan berkata, "Iya Don Juan, pria brengsek yang satu level lebih mengerikan dari playboy."

Svarga tertawa mendengarnya.

"Brengsek." Queenzi turun dari stool, pindah lebih jauh dari Svarga.

Svarga tidak mengikuti Queenzi lagi, membiarkannya sendirian. Dia sangat paham seperti apa perasaan wanita itu, pasti sakit sekali mendapati fakta calon suaminya berselingkuh dengan wanita lain menjelang pernikahan mereka.

***

Shantymilan,
12 Oktober 2022

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang