Saat dua konglomerat bersatu dengan menikahkan putra dan putri mereka, maka terciptalah sebuah pernikahan yang super mewah dengan tema gold and white bak istana kerajaan. Tidak tanggung-tanggung, Papi Svarga yang merupakan pemilik Hotel berbintang lima itu sampai mengosongkan empat lantai sekaligus untuk menjamu para tamu yang ingin menginap bilamana acaranya baru selesai larut malam.
Kemegahan di dalam gedung resepsi melambangkan sebuah kejayaan dari dua kerajaan bisnis yang kini telah bersatu. Semua tamu penting hadir di acara ini, hingga diliput oleh media.
"Gila ya, ini sih royal wedding banget. Gue berasa hadir ke pernikahan Ratu Inggris," ucap Zela terkagum-kagum.
"Beruntung banget nggak sih Queen nikah sama Svarga, hartanya nggak akan habis tujuh keturunan," tambah Vanilla.
"Banget-banget," sahut Zela. "Coba aja kemaren jadi nikah sama Ardan, yang ada makan hati."
"Heh, Ardan juga tajir kali, bokapnya juga masuk list sepuluh pengusaha terkaya," bisik Vanilla.
"Tapi pelit, percuma aja." Zela berkata dengan lugas. "Buktinya aja kemaren pas mereka mau nikah, lebih banyak orang tua Queen, kan, yang keluarin uang buat persiapannya?"
"Iya juga ya." Vanilla mengangguk.
"Sstt, udah ngapain ngomongin Ardan di pernikahan Queen," tegur Joanna. "Kita nggak usah inget-inget yang lalu lagi, bersyukur aja karena sekarang Queen sama laki-laki yang tepat."
"Setuju."
Joanna, Vanilla dan Zela mengenakan gaun berwarna gold dengan model yang sama, dikarenakan mereka akan menjadi bridesmaid untuk Queen. Sementara yang laki-laki akan datang bersama Svarga sebagai groomsmen.
"Kita samperin Queen aja yuk, mana tau dia butuh kita," ajak Joanna.
"Ayok."
Ketiganya ke luar dari gedung resepsi dan langsung pergi ke kamar di mana Queenzi masih bersiap-siap. Mereka sudah datang dari dua jam yang lalu, namun belum bertemu dengan calon pengantin.
Saat tiba di depan kamar khusus yang dipakai untuk make up pengantin, Mami Queenzi ke luar terburu-buru.
"Ya ampun Tante cantik banget!" puji Zela menyapa Mami Queen.
"Ehh, masa sih?" Mami Queenzi yang paling lemah kalau dipuji, langsung tersipu.
"Iya Tante beneran, hampir aja kita nggak ngenalin," puji Joanna juga.
"Bisa-bisa orang ngiranya Tante yang mau nikah," goda Vanilla.
Zifani tertawa geli. "Kalian ini bisa aja mujinya. Makasih loh ya," kekehnya.
"Queen udah siap, Tante?" tanya Zela.
"Udah. Kalian temenin dia gih, tegang banget dia. Sekalian siap-siap, bentar lagi acaranya dimulai."
"Oke, Tante."
***
Queenzi berulangkali meniup napas dari mulutnya, merasa sangat tegang di detik-detik pernikahannya ini. Dia meremas tangannya yang dingin, tapi anehnya berkeringat. Perutnya terasa mulas, disertai bibir dan tenggorokan yang juga terasa kering.
Cklek.
"Queen, ya ampun lo cantik banget!" puji Zela.
"Gila sih, cantik banget sahabat gue," puji Vanilla juga.
"Tapi kok kayaknya tegang banget itu muka," ledek Joanna.
Ketiga sahabat Queen datang, sedikit mengobati rasa gugupnya. "Kalian kok lama banget sih? Gue nungguin tau dari tadi," keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjanjian Pranikah #365 Hari
RomanceSvarga dan Queenzi pernah menjalin hubungan saat di bangku kuliah, namun kandas di tengah jalan. Beberapa tahun kemudian, keduanya kembali dipertemukan oleh takdir saat memergoki pacar mereka berselingkuh. Merasa sama-sama dikhianati, Keduanya pun m...