Part 31. Tamu tak Diundang

8.8K 566 114
                                    

Pagi pertama di rumah baru, Queenzi sangat bersemangat sehingga bangun lebih awal untuk membuat sarapan. Meski masakannya sederhana, hanya omelet sebisanya, tetap membuat hati gembira. Saat sedang asyik mengaduk kopi instan yang dibuatnya, tiba-tiba Svarga memeluknya dari belakang.


"Udah bangun?" Queenzi mengusap puncak kepala Svarga, dagu pria itu bersandar di pundaknya dengan mata yang masih mengantuk.

"Aku nyariin kamu tadi, ternyata ada di sini," keluh Svarga. "Kenapa kamu bangun duluan?"

"Aku bikinin kamu sarapan," beritahu Queenzi dengan bangga.

Svarga pun membelalakkan matanya, langsung menoleh ke kitchen island di belakangnya. Ekspresinya lebih kaget lagi saat melihat onggokan makanan gosong di atas piring. "Kamu bikinin aku omelet?" tanyanya agak ragu.

"Iya!" Queenzi mengangkat piring itu dan tersenyum. "Aku bikin ini dengan penuh perasaan, susah banget." Dia mendesah seolah-olah telah berusaha sangat keras demi memasak omelet itu.

Svarga meringis. "Kelihatan banget usahanya," sindirnya sambil melirik omelet gosong itu.

"Iya, kan?" Queenzi yang merasa itu adalah pujian pun semakin senang. "Ya, emang agak gosong dikit sih, tadi aku tinggal cek hape bentar doang padahal. Tapi nggak apa-apalah, kan, mau masuk perut ini, yang penting itu rasanya."

Itu sih bukan agak gosong, tapi gosong banget, Queen. "Kamu bener, yang penting itu rasanya. Aku nggak sabar nyobain," ucapnya sembari menarik Queenzi untuk duduk di stool itu.

Queenzi mengambilkan garpu dan pisau untuk Svarga, lalu menopang dagu menunggu suaminya itu makan dan mengomentari hasilnya.

Satu suapan kecil mendarat ke mulut Svarga. Baru menyentuh lidah, sudah terasa asin. Makin dikunya, rasanya makin tidak karuan.

"Gimana? Enak, kan?" tanya Queenzi begitu antusias.

Melihat ekspresi bahagia Queenzi, serta usaha wanita itu bangun pagi demi membuatkannya sarapan, Svarga tidak tega untuk berkata jujur. Bila berbohong bisa membuat wanita itu tersenyum lebih lebar, dia yakin Tuhan akan mengampuninya. Meski memerlukan usaha yang cukup keras untuk menelannya, dia bertekad akan menghabiskannya.

"Enak. Enak banget," ucap Svarga sembari terus memakan omelet itu.

"Syukurlah. Padahal tadi aku sempet ragu udah kasih garam atau belum," ucap Queenzi lega.

Seketika itu juga Svarga tersedak.

"Eh, makannya pelan-pelan aja. Aku tau itu enak, jangan takut habis nanti aku buatin lagi kalau kamu emang sesuka itu," cicit Queenzi sembari mengambil minum dan memberinya pada Svarga.

Svarga meringis, buru-buru minum.

"Nanti buat makan malam kamu mau aku masakin apa? Bilang aja, biar aku belanja bahan-bahannya."

"Makan malam, ya?" Svarga menelan dengan susah payah, lalu minum air mineral hingga segelas penuh. "Kamu nggak usah repot-repot masak, malam ini aku mau ajak kamu dinner."

"Ihh, ngapain dinner di luar. Mending di rumah aja, lebih hemat. Mumpung aku lagi rajin masak," tolak Queenzi.

Svarga kembali minum, efek dari rasa asin ini membuatnya sangat haus. Kembung-kembung, dah. "Aku nggak mau kamu capek, kita makan di luar aja, ya," bujuknya. Aku bisa keracunan, Queen.

"Tapi aku lagi nggak pengen makan di luar," tolak Queenzi.

"Gimana kalau kita delivery aja? Biar nanti aku yang pesen," usul Svarga tidak menyerah.

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang