Part 20. Don't Disturb (22+)

27.8K 1K 406
                                    

⚠️ WARNING ⚠️
KHUSUS DEWASA
BERISI ADEGAN 21 TAHUN KE ATAS

***

Malam ketiga dan keempat, gangguan tetap datang dari para sahabat Svarga dan Queenzi. Pasti ada-ada saja yang mereka lakukan, entah itu menaruh puluhan jam beker tersembunyi yang akan berbunyi bergantian setiap jeda lima detik, atau tiba-tiba ada mainan mobil yang dikendalikan dari jauh dengan remote dan suaranya seperti sirine mobil polisi.

Entah di malam kelima ini rencana gila apalagi yang telah mereka susun, Queenzi dan Svarga menantikannya.

"Queen, aku mau beli rokok di bawah. Kamu mau nitip sesuatu nggak? Aku lihat pembalut kamu udah habis, mau sekalian aku beliin?" tanya Svarga setelah Queenzi ke luar dari kamar mandi.

Wanita itu baru selesai mandi, masih mengenakan bathrobe dan handuk melilit rambutnya. "Nggak usah, udah selesai mens aku," sahutnya sembari duduk di depan meja rias.

"Hah, serius?" Wajah Svarga berubah jadi cerah. Dia langsung mendekati Queenzi, berdiri di belakangnya.

"Kenapa kok kayaknya seneng banget gitu mukanya?" ledek Queenzi. Dia menuang beberapa tetes serum ke telapak tangan, lalu menepuk-nepuk wajahnya dengan ringan.

Svarga tersenyum penuh maksud. "Ya kali aku nggak seneng, akhirnya tiba juga," ucapnya bagai mendapat lotre.

"Apanya?" ledek Queenzi, senyumnya satu circle dengan tatapannya, saling menggoda.

"Pake nanya lagi." Svarga menarik dagu Queenzi ke atas hingga wanita itu mendongak, lalu dia sendiri menunduk hendak menciumnya ...

Queenzi menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Tunggu, tadi katanya kamu mau beli rokok," ucapnya mengingatkan.

"Udah nggak minat, ada yang lebih bikin candu." Svarga menyingkirkan tangan Queenzi dan tanpa basa-basi langsung menciumnya.

Queenzi memutar tubuhnya ke arah Svarga tanpa melepas ciuman. Lalu memeluk pinggang Svarga. Ciuman itu makin membara saat lidah Svarga menembus celah bibir dan mencari pasangannya, saling membelit dan menyesap.

Handuk di kepala Queenzi terlepas, rambutnya yang panjang dan lembab terjuntai di punggung. Svarga dengan lembut membawa wanita itu berdiri, dan perlahan mereka bergerak ke tempat tidur tanpa melepas ciuman. Queenzi masih merangkul leher pria itu, berciuman lebih dalam lagi.

Ciuman Svarga menyasar ke leher. Dia suka sekali aroma sabun yang melekat di kulit Queenzi, dipadu efek dingin dan lembab membuatnya betah berlama-lama menciuminya. Ciuman kali ini jauh lebih bergairah, sehingga kulit Queenzi yang putih tak luput dari bekas kemerahan.

Sembari terus menciumi lehernya, Svarga menarik tali yang mengikat bathrobe di pinggang Queenzi. Belahan kain itu terbuka ke samping mengekspos seluruh bagian tubuh Queenzi tanpa sehelai benangpun.

Kriiinggg!

Di saat seperti ini, telepon di kamar itu berbunyi. Sepertinya mereka tidak akan merasa penasaran siapa yang menelepon, karena sudah pasti salah satu dari sahabat mereka yang berniat iseng. Telepon itu diabaikan hingga akhirnya mati sendiri.

Ciuman Svarga turun ke pundak dan mengecupnya lembut beberapa kali. Setelahnya dia kecup puncak dada wanita itu secara bergantian hingga mengeras, dijilatnya sebelah kanan, jarinya memilin yang sebelah kiri.

"Ahh." Queenzi makin kepanasan.

Kriiinggg!

Tangan Svarga menggapai gagang telepon, lalu menaruhnya ke meja. Cara ini akan membuat siapapun tidak bisa menelepon lagi. Tidak ada yang boleh mengganggu malam ini.

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang