Part 5. Rencana Baru

14K 1.4K 42
                                    

Perjanjian Pranikah

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Svarga Antariksa sebagai Pihak Pertama

Nama: Queenzi Aurora sebagai Pihak Kedua

Kedua belah pihak telah sepakat untuk mengikat diri dalam sebuah pernikahan yang sah dan untuk itu sepakat membuat perjanjian dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pihak Pertama bertanggung jawab memberikan nafkah kepada pihak Kedua dan berjanji akan selalu memenuhi kebutuhannya.

2. Kedua belah pihak sepakat untuk tidur secara terpisah di kamar yang berbeda demi menjaga privasi.

3. Pihak Pertama berjanji tidak akan menuntut atau memaksa Pihak Kedua untuk melakukan hubungan seks atau kontak fisik lainnya selama pihak kedua tidak mengizinkannya.

4. Perjanjian ini berlaku selama 365 hari dan apabila selama waktu yang telah disepakati Pihak Kedua ingin mengakhiri pernikahan, maka Pihak Pertama tidak akan menghalanginya.

Demikian surat perjanjian pranikah ini dibuat secara sadar dan dengan yang sebenar-benarnya, tanpa paksaan dari pihak manapun.

Queenzi tersenyum membaca isi surat perjanjian pranikah yang Svarga buat untuk mereka berdua. Poin-poin yang dicantumkan benar-benar dipikirkan hanya untuk kepentingannya dirinya, sedikitpun Svarga tidak mendapatkan keuntungan, bahkan merugi dengan poin pertama.

"Gimana, perlu ditambah yang lain nggak? Kalau kamu punya masukan kasih tau aja, nanti aku revisi," ucap Svarga.

Queenzi menatap Svarga dengan serius. "Ada beberapa poin yang harus kamu revisi," jawabnya.

"Poin keberapa yang harus aku revisi biar lebih jelas?" Svarga membalik laptopnya sehingga layar menghadap ke arahnya lagi.

"Poin pertama, aku nggak menuntut nafkah dari kamu. Aku masih punya penghasilan buat diri aku sendiri, jadi kamu hapus aja," beritahu Queenzi.

"Poin kedua dan ketiga hapus aja. Kita udah nikah secara sah, kenapa harus tidur terpisah? Aku nggak sejahat itu sama kamu. Sebagai istri aku bakalan lakuin kewajiban aku," tambah Queenzi tidak main-main.

Svarga tercengang. Ini diluar dugaan. Padahal dia sudah merancang semua ini demi Queenzi, karena tidak mau sampai membuat wanita itu tersiksa menjalani pernikahan dengannya.

"Kalau poin keempat aku setuju, itu aja yang perlu kamu tulis di sana dan kita butuhkan selama pernikahan," ucap Queenzi lagi.

"Jadi poin kedua dan ketiga hapus aja nih?" Svarga ingin diyakinkan.

"Satu, dua dan tiga," perjelas Queenzi.

Svarga sontak menggeleng. "Untuk poin pertama, itu nggak bisa nego. Aku suami kamu, aku berkewajiban kasih kamu nafkah," tegasnya.

"Terserah kamu kalau gitu, tapi aku perlu ingetin kamu kalau biaya hidup aku nggak sedikit. Aku butuh shopping minimal seminggu sekali dan nggak boleh dibatesin. Kalau lagi stres, aku bisa habisin ratusan juta cuma buat tas doang." Queenzi mengangkat bahu dengan bibir bawah mencebik.

Svarga malah tersenyum, sama sekali tidak terkejut. Dia lalu mengeluarkan kartu debit berwarna hitam dari dompetnya dan menaruhnya ke hadapan Queenzi. "Sebagai jaminan, kamu bisa pegang itu dan pake sesuka hati kamu," ucapnya santai.

Bola mata Queenzi bergerak melihat ke kartu itu, lalu dengan senang hati mengambilnya. "Jangan salahin aku kalau kamu bangkrut," ucapnya tak main-main.

Svarga sontak tertawa. Dia langsung merevisi isi perjanjian itu dengan antusias sebelum Queenzi berubah pikiran. Dicetaknya surat itu dua rangkap dan menambahkan materai. "Kamu tanda tangan di sini," suruhnya di atas nama Queenzi.

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang