Part 7. Hadiah Rumah

12.7K 1.3K 32
                                    

Queenzi dibuat sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahannya. Konsep yang awalnya sudah tersusun rapi, semuanya dirombak ulang. Tak terkecuali gaun pengantin yang sudah jadi pun dia ganti dengan model yang baru. Semua ini dilakukannya karena ingin menghilangkan jejak Ardan dan move on dari masa lalu.

Pihak desainer sendiri pasti bingung karena tiba-tiba mempelai prianya diganti, sehingga harus diukur ulang. Berkat iming-iming bayaran dua kali lipat dari Zifani, mereka tutup mulut dan berusaha maksimal mengerjakan semuanya tepat waktu.

And... here they are.

Tirai yang mengelilingi ruangan ganti itu ditarik ke samping hingga terbuka. Svarga dibuat terpukau saat melihat Queenzi yang sangat cantik memakai gaun pengantin berwarna putih dan hiasan kecil berbentuk mahkota di puncak kepala. Riasan naturalnya tak mengurangi apapun, malah membuat wanita itu makin menawan.

"Gimana?" Queenzi bertanya dengan wajah berbinar.

"Cantik." Jawaban Svarga meluncur dengan lancar. Matanya tak berkedip sekalipun, benar-benar terkunci oleh kecantikan Queenzi.

Wajah Queenzi merona, namun tidak ingin berlarut-larut terbuai. "Aku tadi nanyain gaunnya," jelasnya.

Svarga tersenyum geli sembari menggaruk singkat alisnya. "Perfect," jawabnya kembali.

"Kamu juga keren," pujinya jujur. Dia kemudian membalikkan badan dan tersenyum.

Tirai kembali ditutup oleh dua orang asisten yang membantu Queenzi. Dia buru-buru duduk menenangkan diri dari rasa gugup akibat tatapan Svarga tadi. Jantungnya berdebar kencang.

"Gimana Queen, ada yang perlu Tante perbaiki? Mumpung masih ada waktu kalau kamu merasa kurang nyaman kita bisa ukur lagi," tanya Elisabeth selaku desainer. Dia memperhatikan setiap detail gaun itu dengan matanya yang jeli.

"Nggak kok, Tan. Ini udah nyaman di badan aku. Bener kata Mami, semua yang Tante handle pasti aman. Mana ini gaunnya cantik banget, pas banget sama selera aku, nggak ada cela," puji Queenzi.

"Bisa aja kamu." Elisabeth tersenyum senang. Dia kembali mengamati gaun Queenzi. "Tapi ini emang pas sih sama kamu. Jarang loh klien Tante kayak kamu yang baru sekali fitting aja bisa langsung pas. Biasanya, ada aja yang harus diperbaiki karena berat badan klien bertambah."

Queenzi cekikikan.

"By the way, yang sekarang lebih oke loh dibanding yang kemaren," goda Elisabeth mengenai Svarga. "Anaknya sopan, nggak sombong, ganteng lagi."

"Tante bisa aja, hehe." Jujur, Queenzi sebenarnya malu saat orang-orang tahu calon pengantin prianya diganti menjelang pernikahan. Entah apa yang semua orang pikirkan, dia tidak siap membayangkannya.

"Tante nggak bohong, pilihan kamu kali ini menurut Tante udah tepat. Tante nggak pernah loh denger Mami kamu muji-muji calon mantunya, baru tadi pas dia telepon pas kamu on the way ke sini."

"Ya ampun Mami, anak sendiri digosipin." Queenzi meringis malu.

Elisabeth tertawa geli. "Ya udah Tante tinggal ya, Queen. Kalau butuh apa-apa kamu minta tolong aja sama mereka," pamitnya.

"Tante makasih banyak ya nyempetin waktu buat ke sini. Padahal Tante tuh sibuk, tapi dipaksa sama Mami," balas Queenzi, mendesah.

"Nggak papa. Kebetulan hari ini Tante cuma punya dua janji sama klien, jadi masih ada waktu buat ketemu kamu. Daripada Mami kamu ngambek, terus cari desainer lain? Rugi dong Tante kehilangan klien VIP," canda Elisabeth dengan kekeh yang ramah.

Queenzi tertawa ringan. "Hati-hati di jalan ya, Tante."

"Oke." Elisabeth tersenyum, kemudian pergi.

Ting!

Perjanjian Pranikah #365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang