Dewa menarik gas mobilnya untuk melajukan mobil yang ia kendarai, sebelum itu ia sempat melihat hazel. wajahnya sangat pucat dan gestur butuhnya masih gemetar, mungkin efek kejadian tadi pikir dewa.
"Mereka kok bisa gangguin lo?"
"Pasti lo duluan yang mulai?!"
"Lagian ngapain lo kesana malam-malam begini, emang mau nyari mati. bego," sarkas Dewa.
"Hujan," singkat Hazel tak bisa berbicara banyak, rasanya tenaga cewek itu terkuras habis.
Dewa bertanya hanya untuk mempermasalahkan, ya bayangkan saja lagi panik seperti ini malah dituduh seperti itu. Tapi Hazel juga tidak ingin menggubris Dewa. Ia hanya merasa badannya tidak enak sekarang.
"Aku pengen pulang." ucapnya.
"Pucat banget lo nggak apa-apa?"
"Deket sini, rumah teman gue. Kita mampir kesana dulu? Atau mau langsung ke rumah sakit?" tak biasanya Dewa khawatir dan bertanya sebanyak ini.
Hazel melirik ke arah dewa dengan tatapan curiga, ia langsung menggelengkan kepalanya, bertanda tidak setuju.
"Nggak. Masih bisa ini, anterin aku pulang aja."
"Yakin lo? Lagian disana rame," kata Dewa meyakinkan.
"Nggak bisa kak, mama nanti nyariin. Dia bakal khawatir."
"Sini nomor mama lo."
***
Hazel merasa begitu lelah, sampai-sampai untuk menggerakkan jarinya pun susah, pandangannya memudar. Ia hanya bisa mendengar suara Dewa di sampingnya.
Sedangkan Dewa mendecak kesal, betapa lemahnya perempuan ini. Ia langsung memarkirkan mobilnya di rumah berwarna putih itu. Dengan cepat membawa Hazel, masuk berharap bisa membuat Hazel sadar dari pingsannya.
Sebelum itu ia juga memberikan pesan kepada ibunda Helen.
Jujur saja Dewa merasakan jantungnya berdegup kencang, apalagi saat ini dirinya sedang menjadi tontonan teman-temannya.
"Lo bawa siapa itu woii?"
"Mana nyelonong aja tu anak." Disana memang ada beberapa orang, dan bisa di bilang tempat ini adalah markas. Tempat berkumpul mereka khususnya teman-teman Dewa.
Karena penasaran ketiga orang yang sedang Menonton tv itu pun ikut menghampiri Dewa dan Hazel.
"Ohh, gue inget. Ini cewek yang pernah kita bawak ke puncak kan?" tanya Nikolas.
"Lo apain sampe kayak gini Wa?"
"Jangan bilang... Elo??"
"APA?"
"Mau ngomong apa lo?" desak Dewa emosi.
"Lo ambilin minyak kayu putih."
"Dan lo bikinin minuman hangat, cepetan!" perintah Dewa mereka hanya menuruti saja apa yang dikatakan Dewa.
Dia menggenggam tangan Hazel merasakan kehangatan yang masih ada di sana. sambil menggoyangkan lembut tubuhnya.
Dengan cepat membuka kaos kaki gadis itu. Dingin, sangat dingin dan begitu pucat
Lalu dengan lembut, dia menyiramkan sedikit air ke wajah Hazel, berharap itu bisa membangunkannya.
"Nih," panca memberikan minyak kayu putih kepada Dewa.
Tanpa menunggu lama Dewa mengoleskan cairan itu ke batang hidung Hazel, dan jari-jemarinya.
"Ni anak kenapa? Kok bisa sampe kayak gini?" celetuk Panca penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity
Sonstiges"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...