Dinar matahari menyeruak masuk ke dalam jendela Jamar Hazel, gadis itu menggeliat lucu. Berusaha mengumpulkan nyawanya yang Masih tertinggak didalam sana.
Mamanya Jasmin, sudah berteriak di luar sana berusaha membangunkan anaknya itu. Hazel menguap dan menganggat tubuhnya, dengan wajah bantalnya Hazel membuka pintu kamarnya. "Keluar dulu, itu ada yang nungguin di depan."
"Sebentar lagi, Hazel Masih ngantuk ma."
"Temen kamu itu daritadi, samperin dulu!" omel Jasmin.
"Siapa sih, orang Masih mau tidur juga, huakkk," gadis itu bergeranyam di balik selimutnya, merasa sangat terganggu dengan tidurnya itu.
"Nanti juga tau. Udah keluar aja dulu." Sahut mamanya, Dari kamar. Sudah Hazel tebak mamanya itu Ingin berpergian lagi, yang Hazel tak Tau menuju kemana.
"He'emm," inilah kebiasaan Hazel yang minus, sangat susah dibangunkan, Dengan langkah lunglainya, Hazel melangkahkan kakinya keluar kamar menuju teras rumah.
"Nggak bisa bicar–"
"Really?"
"Huaaa, mama kok nggak bilang kalo kak Dewa datang si," protes Hazel langsung menutup pintu depan rumah dengan cepat. Cepat-cepat ia merapikan rambutnya yang seperti gimbal, Dan keadaan dirinya yang Masih benar-benar berantakan.
"Kak Dewa ngapain?" Duh, kenapa bocah itu tidak menghubunginya dahulu sebelum kesini? Kan kalo seperti ini Hazel jadi malu. Bangat malah.
"Lupa lo?"
"Yaa, nggak si. Tapi Kan nggak sepaginini juga kali. Haduh." Wajah gadis itu tampak frustasi.
"Terserah gue lah," balas Dewa acuh.
"Tamu setampah gue nggak di suruh masuk?" Lanjutnya menyindir.
"P-pulang dulu ya? Aku belom mandi soalnya." Cengir Hazel yang dibalas helaan napas oleh Dewa.
"Gue dobrak."
"I-iya. Tapi jangan kaget, jangan ilfeel ya liat aku." dengan gerakan berlahan Dan malu-malu Hazel membuka pintu itu untuk Dewa.
Gadis itu hanya menunduk, sembari merapikan piyamanya Dan membersihkan wajah yang mungkin Masih ada bekas cairan yang mengalir saat ia tidur tadi. Huhh, rasanya Hazel Ingin menghilang saat ini.
"H-hai, hehe. Masuk kak."
Ekor mata Dewa terus memperhatikan Hazel Dari ujung jempol kaki sampai puncak ubun-ubun Hazel.
"Tuhh kan, aku jelek ya? Huaaa maaf, Hazel mau mandi dulu deh." ucapnya sangat gugup, ia lari mengicir,enjnggalkan Dewa yang tampak kebingungan.
"KAK DEWA NUNGGU DI RUANG TAMU AJA, ADA FILM UPIN-IPIN, NONTON DULU AJA YA." Teriak Hazel Dari dalam kamar mandi.
Dewa yang mendengar itu hanya terkekeh geli, lucu juga ternyata pacarnya ini.
Sebenarnya tidak masalah dengan penampilan Hazel yang seperti itu, malah terlihat lebih seksi. Ehh... Aduhh Dewa istigfar.
Tapi seriusan. Hazel itu memang Dari Sonya memang sudah cantik, jadi mau penampakannya seperti apa-pun ya akan terlihat menarik, terutama di mata Sadewa.
***
Handuk berwarna lilac itu sudah membungkus rambut Hazel yang semakin lama semakin terlihat tipis, tapi gadis itu tetep kekeuh untuk mempertahankan rambutnya itu, ia Ingin tetap terlihat seperti gadis pada umumnya.
Bibir ranum itu tersenyum tipis di depan kaca, muka nya tetap seperti biasa, pucat pasi walaupun sudah mandi pun.
"Haii," sapa Hazel saat turn kebawah Dan mendapati Dewa duduk di ruang ramu sembari menonton tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity
Aléatoire"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...