9 ETERNITY • 30

12 1 0
                                    

Ponsel Dewa tak berhenti berdering sejak beberapa menit lalu, cowok itu tidak memperdulikan hal itu sedikit pun. Saat ini ia masih di dalam kawasan rumah sakit, mencari jalan untuk keluar dari sini.

Perkataan bu Helen benar-benar susah untuk pergi dari pikirannya. Itu membuat dia tak bisa berpikir jernih, sungguh ia tidak tau apa-apa tentang masalah keluarganya dengan keluarga Hazel.

Hari ini Dewa ingin pulang kerumah, dan mungkin lusa ia akan balik lagi kesini untuk melihat keadaan Hazel, ya walaupun dari jauh.

"Gue kangen Jal," lirih Dewa.

"Gue pengen liat lo sebentar doang."

"Lo harus kuat ya. Gue yakin lo nggak akan nyerah."

Sekali ia melewati ruangan HCU yang pasti Hazel disana. Ia menatap ruangan itu, melihat seseorang didalam sana. Mata indah milik Hazel tertutup rapat, terlihat ia kelelahan walaupun tidak melakukan apa-apa. Tuhan tolong izinkan ia mendengar dan berbincang juga memeluk ciptaan mu yang begitu lengkuh, ia merindukan gadisnya. Ia berharap Tuhan mendengar semua do'a yang ia panjatkan ini.

Sebelum Helen melihatnya disini, Dewa buru-buru pergi disana.

Drett drett drett...

Barulah kali ini Dewa melihat ponselnya yang berdering tak henti-henti. Nama Nikolas terpampang disana, sudah puluhan kali cowok itu menelponnya. Dewa yakin sekali bahwa ia sudah mengumpat banyak disana.

Saat sudah berada di depan mobil berwarna putih itu Dewa menangkap tatapan kesal dari seorang Nikolas. Cowok itu keluar dengan membanting pintu guna melampiaskan rasa kesalnya kepada Dewa.

"Lo lama bangsat di dalem, ngapain lo? Coli kan lo?"

"Emang dasar dalam diri lo tu setan semua. Dirumah sakit aja masih horny." Omel Nikolas yang memegang kerah baju Dewa siap untuk melayangkan kepalan tangan ke wajah mulus temannya itu.

***

Hazel melihat sekeliling, tak bisa di deskripsikan perasaannya saat ini. Tuhan masih menginjinkannya hidup, ia bersyukur karena masih bisa melihat rerumputan hijau yang menyebar di seluruh taman dan bunga-bunga yang indah.

Dibelakangnya juga ada Helen, ibu itu membawa Hazel keliling untuk merefresikan pikiran. Memang kondisi Hazel belum benar-benar stabil tapi gadis itu mengingnkan untuk dibawa kesini.

"Ma..." panggil Hazel.

"Iya kenapa sayang?" Helen dengan sigap mendekatkan dirinya kepada Hazel.

"Mama kenapa?" Alasan Hazel menanyakan hal itu karena raut wajah ibunya itu khawatir dan was-was.

"Nggak kok, mama nggak apa-apa." Terlihat dari tatapannya yang melihat sana-sini, Panik.

"Mama anterin kamu ke kamar dulu ya. Lagi ada urusan sebentar." ucap bu Helen, lalu mendorong kursi roda menuju kamar ruangan gadis itu.

Hazel sejujurnya masih sangat ingin disini, menikmati semua pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat karena beberapa hari belakang ia benar-benar tidak di perbolehkan untuk keluar.

Saat sudah berapa di dalam ruangan Hazel merasa hampa kembali. Ia sangat bosan melihat pemandangan dinding yang serba putih.

"Ma..."

"Mama mau kemana?" Hazel berusaha menggapai tangan Helen yang langsung berlari keluar dari ruangan itu. Gadis itu mangambil napas panjang, ibunya bersikap tidak seperti biasanya dari beberapa hari sebelumnya. Ia menjadi seperti orang ling-lung yang kehilangan arah.

"Karena aku?"

"Maafin Hazel ma."

Gadis itu menatap sudut ruangan dengan tatapan kosong, hatinya seperti tidak merasakan apa-apa. Hampa.

9 Eternity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang