9 ETERNITY • 7

13 1 0
                                    

Kini Hazel yang malah dikejutkan dengan apa yang Dewa lakukan. Maksudnya apa coba.

Hazel memperhatikan Dewa dengan pandangan bingung. "Lo beneran mau wujutin keinginan lo itu Kan? Harus banget Kan?"

"Kan tadi aku udah bilang nggak lagi. Ngapain coba, kemaren cuman gabut doang. Lagian kak Dewa may wujutin itu semua? Nggak Kan?"

"Kenapa nggak?" Balas cowok itu yang langsung mendapat tanggapan ejekan Dari Hazel.

"Lo bilangkan kemaren kalo gue udah kehilangan kesempatan buat jadi orang paling baik sedunia?"

"Kalo dipikir-pikir benar juga. Karena lo udah mau mati Dan pasti harus dapet perhatian lebih Dari orang sekitar lo Kan, terutama pasangan yang nggak pernah lo rasain  Dari dulu?" Ucap Dewa panjang lebar, ntah itu ejekan atau pujian.

Hazel yang mendengar ucapan menusuk itu langsung tersenyum singkat. Mau marah tapi benar juga apa yang dikatakan Dewa. Harus bagaimana Kan? Terima-terima saja.

"Nggak salah si, tapi nggak gitu juga." Balas Hazel kesal.

"Kak dewa mau Tau apa Alasanan aku buat wishlist itu?"

"Kan gue udah Tau, nggak udah dijelsain juga nggak apa-apa."

"Iya, itu benar. Tapi kurang tepat aja, mungkin setelah aku jelasin pendapat aku ini, kak Dewa nggak bakalan berani ngomong gitu lagi." Hazel menangang cowok itu dengan lekat

Cowok itu mempersilahkan Hazel menjelaskan semua yang Ingin cewek itu ucapkan.

"Gue ngelakuin itu cuman pengen Yaa pengen ngerasain aja. Dan kayaknya kalo gue bisa wujutin wishlist gue itu sampe akhir gue bisa bermanfaat buat orang lain Dan pastinya buat gue dirinya. Gue cuman pengen ngerasain hal yang menurut aku menyenangkan walaupun sesaat. Gue cuman pengen ngerasain hal-hal yang dirasain sama anak muda kayak sekarang. Yang kayaknya nggak bakalan bisa aku JALANIN."

"Sama aja dengan yang gue jelasin tadi. Dan gue udah bilang kalo gue pengen wujutin semua itu." Jawab Dewa tidak main-main dengan ucapanya.

"Apa orang kayak lo bisa dipercaya? Aku nggak yakin si."

"Gue minta maaf soal kemaren, itu gue bener-bener lagi banyak masalah, Dan ya kebanyakan gue ngelampiasin amarah gue dengan membuat orang lain menderita."

"Lo itu emang jahat."

"Jadi gimana? Lo pengen gue Kan yang jadi orang yang bakalan wujutin wish list lo itu?"

"Eumm, kak Dewa beneran?"

"Iya." Jawab Dewa serius

"Yaudah, kalo gitu ayok."

"Wishlist lo yang pertama gue kabulin detik ini juga. Lo boleh gabung dengan kita. Dan yang kedua. Mungkin besok?" Tanya Dewa Tanpa basa-basi.

"Dan sekarang yang ketika. Lo pengen gue jadi pacar lo Kan?"

"I-iya." Hazel gugup.

"Yaudah, mulai hari ini lo jadi pacar gue, nggak ada penolakan.

"Okee. Kita paca–"

Tok tok tok

"Hallo kak Hazel." Suster itu menyapa, Dan merusak suasana mungkin?

"Waktunya ganti infus Dan minum obat."

"Wah, kalian pacaran yah? Cocok banget."

Kedua orang itu cuman pandang-pandangan tak Tau artinya.

***

Hazel sedari tadi hanya terdiam, setelah suster itu memeriksa keadaannya Dan pergi Dari ringan Hazel. Ia agak syok dengan apa yang dikatakan Dewa.

"Iya, pacar saya  cantik Kan sus." Huftt Ingin sekali rasanya Hazel menepuk Dan menarik muncung cowok dihadapannya ini.

Parahnya dengan tambahan ucapan seperti ini. "Kok bisa hidupnya malang banget, sudah penyakitan, nggak ada yang sayang lagi. Mangkanya saya dihadirkan untuk members kasih sayang kepada pacar saya ini sus." Yaa, begitulah kira-kira, awalnya boleh saja Hazel senang, tapi lihatlah kelakuannya diakhir membuat sakit hati saja. Tapi jika dilihat-lihat cowok ini banyak juga omongannya. Maksudnya tidak seperti yang Hazel bayangan dulu, seperti kutub utara, dingin Dan tak tersentuh, tapi ternyata tidak.

Begitupun dengan Dewa, cowok itu memperdalam tatapannya, mencari sesuatu didalam mata Hazel. Cowok itu dapat merasakan impian kehampaan disana. "Gue mau jadi pacar lo Zel." ucap Dewa cukup tenang.

Sekarang Hazel balik menatap mata Dewa, sedikit terkejut. "Tapi kenapa? Kemaren nggak mau. Kak Dewa cuman kasian kah?" Tanya Hazel.

"Iya, kasian doang. Dan lo butuh itu Kan? " Balas Dewa Tanpa basa-basi.

Hazel tiba-tiba tertawa pelan, lebih tepatnya menertawakan hidupnya saat ini. Iya, memang seharusnya begitu. Tapi ntah kenapa sedikit penyakitan untuk Hazel yang memang mempunyai rasa pada Dewa, bahkan sejak dulu.

"Baiklah. Jadi mulai hari ini kita pacaran?" Tanya Hazel, ia bingung mendesktipsikan perasaannya saat ini. Jika dipikir-pikir lagi Hazel pun tidak Ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kan benar ia Ingin mewujutkan daftar keinginannya? Hazel tidak Ingin berpura-pura Dan menepis rasa malunya demi menciptakan kenanhan bahagia sebelum jiwanya benar-benar terpisah dari raganya.

Dewa sekali lagi menatap Hazel, Dan setelah itu menghembuskan napas sebelum menganggukan kepala sekali. "Iya, mulai hari ini kita pacaran."

***

Matahari mulai tenggelam, kedua orang itu Masih duduk berhadapan  Dan memilih menetap disini, rooftop rumah sakit Dan melihat pemandangan sore hari yang begitu menyenangkan. Dan tujuan mereka kesinipun Ingin membicaran atau memperpanjang obrolan mereka pagi tadi. Mungkin untuk mengenal satu sama lain?

"Eum, Aku belum punya nomor telepon kak Dewa Kan?" tanya Hazel. Yang dibalas anggukan Dari Dewa.

"Gue cuman punya nomor mama lo." Hazel mendesis kesal.

"Yaudah, kirim sini nomornya. Biar nanti  kalo mau apa-apa tinggal telepon doang."
Dan akhirnya Dewa pun memberikan nomornya pada Hazel.

"Terus, sekarang gimana? Harus buat perjanjian singkat soal pacaran kita ini?" Tanya Dewa mengungkapkan idenya.

"Perjanjian singkat?"

"Kayak kontrak pacaran mungkin?" ucap Dewa yang sedikit membuat hati kecil Hazel tergores.

"Nggak mau. Aku pengen ngejalanin hubungan pyur seperti orang pacaran."

"Okee." Balas Dewa tak ada negosiasi.

"Dan kemaren lo bilang, kalo gue nggak boleh suka sama lo Kan?" Tanya cowok itu lagi.

"Iya, karena kalo waktu aku udah habis. Dan kalo kak Dewa suka balik sama aku, kak Dewa pasti bakalan sakit Kan."

"Suka balik?" Ucap cowok itu sedikit penasaran.

"Eumm. Iya. Karena Dari dulu emang aku udah suka sama kamu." ungkap Hazel secara terang-terangan.

Dewa ingat dulu saat mereka berdua Masih kecil, mereka seeing sekali bermain bersama. Si kecil Hazel yang tidak pernah mempunyai teman selain Dewa. Ohh, iya Dewa sangat ingat bahwa dia memang gadis itu dengan sebutan Ajel. Pelesetan Dari Hazel. Dewa dulu sangat tidak suka dengan huruf H, jadi dia memanggil cewek itu dengan Ajel.

"Dulu gue manggil lo dengan sebutan Ajel. Tapi setelah gue Tau keadaan lo sekarang gue bakalan manggil lo Ajal. Gimana?" Tanya Dewa.

Hazel termenung mendengar itu. Ini maksudnya bagaimana? Dia harus melakukan apa? Jika saja ada pisau didekatnya dapat dipastikan dada cowok itu akan bolong.

"Kak Dewa yang baik hati, bisa nggak ucapanya sedikit lembut. Disaring dulu sebelum ngomong. Nggak usah terlalu jujur." ucap Hazel yang sudah emosi.

"Nggak bisa, mulut gue udah Dari janin udah terlatih buat berkata jujur."

"Ya. Okee. Terima kasih atas kejujurannya."

"Okee sama-sama." Balas Dewa dengan senang hati.

***



9 Eternity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang