13

10 1 0
                                    

Aliza menatap wajah Darren lama, meneliti apa saja kekurangan pada pria itu. Tapi nyaris tidak ada sama sekali, semuanya sempurna.
Tangan Aliza yang semua berada diatas wajah Darren di tarik oleh seseorang.

" loo ngapain?" tanya Oliv, gadis itu hanya sendiri.

" oohh...hai oliv" Aliza menyapa ramah.

" gue tanya lo ngapain?"

" ngapain gimana?" Aliza menarik tangannya yang semula di genggam Oliv.

" sekali lagi gue tanya lo ngapain?" Emosi Oliv kepancing.

" masak kamu ngak liat sih.... aku kan tadi nutupin cahaya matahari biar ngak kena wajah Darren"

Darren terusik dengan percakapan Aliza dan Oliv, matanya terbuka. Ia bangkit dari tidurnya manatap Aliza dan Oliv bergantian. Tanpa satu kata yang keluar dari mulutnya, Darren berjalan menjauh meninggalkan mereka.

Oliv yang melihat Darren manjauh berniat mengejar pria itu. Tapi sebelum kakinya melangkah tangannya di cekal oleh Aliza.

"Gimana hidup lo yang sekarang?? Nyaman?" Ucap Aliza sambil tersenyum.

" maksut lo?" Oliv sedkiti heran dengan gadis di depannya ini, aura yang semulanya cerah hilang digantikan dengan aura gelap.

" jangan sok bodoh di depan gue Olivia Desha" Aliza melepaskan cekalan tanganya tadi. Ia menepuk - nepukkan tangannya dengan tangan satunya lagi. Seperti memersihkan debu yang melekat di tangan.

Oliv tersentak nada bicara ini, ia seperti pernah mendengarnya. Nada yang tidak asing.

" yaaa.... kalau gitu nikmati aja hidup lo dulu....sebelum 'dia' datang" Aliza menepuk pundak Oliv dua kali, kemudian melangkah meninggalkan Oliv yang termenung.

........................

Lagi - lagi pembullyan terjadi di kantin Alexander High School. Angela sebagai korban bully dan Mona, Lita dan Zea sebagai pembully. Tidak ada satupun yang mau menolong Angela, mereka seperti sudah terbiasa dengan jeritan dan tangisan dari Angela. Bahkan tidak ada satupun guru yang mau memisahkan Angela dan Mona.

Aliza menatap iba ke arah Angela yang terduduk di lantai. Rambutnya sudah acak acakan akibat jambakan dari Meli. Baju yang semula rapi sudah kusut dan basah akibat siraman kuah bakso. Kulit sawo matangnya sudah banyak lebam. Pipi sebelah kanan Angela sudah terdapat jejak telapak tangan. Kacamata yang selalu gadis itu kenakan sudah pecah terinjak oleh Lita. Air mata gadis itu tidak terhitung lagi berapa jumlah yang sudah keluar.

" MASIH MAU GODAAIN PACAR GUE LO HAH...." Mona menarik rambut Angela. Gadis itu sudah pasrah, tubuhnya sangat sakit untuk digerakkan.

" a....aku ngak....godain kak Fauzan" jawab Angela.

" HAJAR AJA MON.....NI JALANG GUE LIAT KEMARIN JALAN AMA FAUZAN" kompor Zea.

Mona yang mendengar apa yang dikatan Zea, semakin menarik rambut Angela. Tidak ada satupun yang boleh mendekati Fauzan kecuali Mona. Pria itu hanya milik Mona hanya untuk Mona.

" APA BENAR YANG DIKATAKAN ZEA KALAU LO JALAN SAMA PACAR GUE HAH....." Amarah Mona semakin meluap. Gadis rendahan ini benar - benar tidak pernah kapok.

" a....aku...a...ku" Angela takut kalau berkata jujur. Memang kemarin dia sempat bersama kak Fauza, tapi itu tidak di sengaja. Angela habis dari supermarket membawa bahan untuk membuat kue, di perjalanan menuju rumah, plastik belanjaannya sobek, alhasil belanjaannya berserakan di jalan. Fauzan yang kebetulan lewat mengenal gadis yang sedang memungut belanjaan yang berserakan, dia berinisiatif membantu gadis malang itu. Setelah selesai membantu Angela, Fauzan menawarkan untuk mengantarkan Angela ke rumahnya. Angela sempat menolak, takut nanti terjadi salah paham, tapi dengan ancaman dari Fauzan akhirnya Angela mau diantar pulang.

AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang