24

3 0 0
                                    


" apa yang harus gue lakukan lagi?" tanya Olivia.

" jangan gegabah.. lo bisa mebongkar ini semua" jawab perembuan sebaya yang berada di depannya.

" ini semua salah lo.."

Perempuan yang berada di depan tidak menjawab, dia meletakkan kacamatanya di atas meja. Ia mengiris daging stik yang di masak dengan tinggat kematangan mendium. Setelah terbotong, dia memsukkan potongan itu kemulutnya.

" untuk seakrang lo harus hati – hati.... Gue dengar perempuan kebencian itu sudah kembali.. .. gue tidak ingin ini semua sia – sia.."

" siapa dia?"

" Quenna.."

" Quenna?" olivia seperti pernah mendengar mana ini, tapi dia tidak terlalu ingat pernah mengingatnya di mana.

" gadis malapetaka"

" maksutnya?" olivia benar – beanr bingung.

" lo cuma harus harus menjalankan misi sesuai dengan rencana.. jangan ada seorang pun yang tau kalau lo adalah yang membunuh 'dia ' "

" jangan besikap seolah – olah hanya gue di sini yang manjadi pembunuh... lo juga adalah pembunuh.." wajah Olivia menjadi merah, ia marah.

" ya ya... terserah lo.. tapi jangan sampai ketahuan oleh Quenna....itu akan sangat merepotkan.." Perempuan ini berdiri, dia meninggalkan Olivia.

" siapa sebenarnya Quenna itu?" monolog Olivia kepada dirinya.

Olivia membuka ponselnya, ia menghubungi seseorang.

" cari tahu siapa itu Quenna..."

" ......."

" gue ngak tau nama lengkapnya siapa..... cari tahu saja siapa saja yang mempunyai nama Quenna.."

" ......"

" segera"

Olivia memutuskan sambungan ponsel. Ia menjadi penasaran apa yang terjadi sebenarnya.

.........................................

Aliza datang sangat pagi ke sekolah, ia membawa paperback yang berisikan bekal makanan yang ingin ia berikan ke pada Vincent. Ia belum membalas budi terhadap hal yang terjadi tempo hari. ( eps 22 )

Suasana sekolah masih sangat sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang.

Aliza memilih akan menunggu Vincent di taman yang sering di kunjungi Vincent belakangan ini.

Ponsel Aliza berdering, menandakan pesan masuk. Ia mengambil ponsel tersebut. Wajah Aliza yang awalnya berseri – seri malah berubah manjadi datar dan dingin.

Kursi taman yang Aliza duduki begerak, ia melihat ke arah smping. Vincent duduk tepat di sebelahnya.

" kebetulan banget kamu kesini..." ucap Aliza sambil tesenyum. Ia memberikan paperbag yang tadi ia bawa ke pada Vincent.

Vincent menaikkan satu alisnya, bertanya ini apa

" ini bekal.... Aku bikin sendiri loh.. ini sebagai ucapan terimakasih untuk kamu yang udah nolongin aku saat ulangan kemaren.."

" ngak" Vincent menolak.

" ih...ambil" Aliza mendorong paperbag itu ke arah Vincent.

" tidak terima penolakan.." sambung Aliza.

" thanks" ucap Vincent.

" sama – sama... oh ya aku ke kelas dulu ya.. ..ini jabwal aku piket" Aliza berdiri, ia meninggalkan Vincent.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang