19

5 1 0
                                    


" Woiii pelan - pelan ... sakit babi..." 

Kapas yang di tetesi dengan Rivanol menyentuh kulit Quenna. Sejak 10 menit yang lalu, Odelia membantu membersihkan luka di telapak tangan Quenna. 

" lo sih.. sok - sok an balap .. jatuh kan jadinya " Odelia memasukkan kapas yang sudah kotor itu ke dalam tong sampah. Dia membalut tangan Quenna dengan kasa. Setelah selesai dia menyimpan semua beralatan yang dia gunakan sebelumnya ke dalam kotak P3K. 

" bukan salah gue ya.. itu batu kenapa harus diri di situ" Quenna memandang tangannya yang sudah di tutupi dengan kasa. Niatnya mau mendapatkan eskrim gratis dengan taruhan melawan Odelia malah tangannya yang harus kena perban. 

" batu yang lo salahin.. mata lo tu tarok di mana tadi " 

" gue tarok di dengkul... ya di sini lah mata gue" Quenna menuntuk kedua bola matanya. 

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok cowok yang membawa 2 buah kresek cemilan. Dia meletakkan kedua kresek tersebut di atas meja. 

" kenapa tu tangan lo?" tanya Ian. 

" jatuh tadi.." tangan Quenna mengobrak - amrik satu bungkus plastik berisi makanan, berharap eskrim kesukaannya ada di dalam sana. 

" loh  ngak ada eskrim?" 

" lo ngak boleh makan eskrim.." jawab Ian.

" kok gitu sih... ini udah 3 hari loh gue ngak makan eskrim.." Quenna protes merasa tidak adil. sudah 3 hari ia tidak merasakan sensai segar dan dingin di dalam mulutnya. Lelehan eskrim mint choco terbayang di benaknya. 

" gue udah ngidam banget eskrim.." 

" mau beranak loo... nih makan ini aja" Ian melemparkan satu bungkus kripik kentang ke arah Quenna, ia menangkapnya degan sempurna. Quenna membuka bungkus kemasan makanan itu, ia memasukkan satu buah kentang ke dalam mulutnya. 

" gimana perkembangannya ?" tanya Ian. 

" mmmm... ngak ada perkembangan sama sekali....gue udah nyerah aja rasanya.." Quenna menyandarkan punggungnya kebelakang sofa, kepalanya menengadah ke atas melihat lagit - langit. 

" optimis 'dia' pasti bisa bertahan.." ucap Odelia. 

" betul.... lo ngak boleh nyerah gitu aja ... kita udah sejauh ini masak lo mau nyerah sih...." Ian memberikan semangat terhadap Quenna. 

" yaaa.... gue berharap masalah ini cepat selesai..." Quenna menutup matanya, ia butuh sedikit istirahat. Sudah beberapa hari ini ia tidak bisa tidur dengan teratur. 


                                                                   ............................................

Di lain tempat

"ada perkembangan?" tanya Darren. ( kalau kalian tidak ingat ini ada di cerita no 14 )

Pria yang berada dalam sambungan telepon itu menghembuskan nafasnya.

"masih belum... sangat sulit untuk mencari informasi gadis yang Bernama Quenna itu....semua datanya tidak bisa di akses"

" cari sampai dapat" Darren mematikan sambungan telepon. Dia menyisir rambutnya dengan gusar ke belakang. Sudah hampir 1 bulan ia mencari siapa Quenna itu, tapi semua yang ia lakukan sia – sia.

Ia mengeluarkan benda kecil dari dalam sakunya. Pisau lipat yang terdapat ukiran nama itu mengganggu pikirannya.

Dering ponsel membuyarkan lamunannya. Darren melirik posel yang berada di tangan sebelah kirinya. Nama Olivia terpampang di sama.

AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang