16

11 0 0
                                    

Aliza tiba di sekolah pukul 06.20, masih sangat pagi, baru ada beberapa murid yang datang. Aliza melangkahkan kakinya menuju kantin, ia belum sempat sarapan tadi. Sampai di sana ia memesan satu porsi nasi goreng seafood dan sebotol air mineral. Aliza menyantap dengan hikmat, makanan di sini memang tidak pernah mengecewakan. Selesai dengan sarapannya, ia ingin mampir ke perpustakaan sekedar meminjam novel.

Suara gaduh terdengar dari ruangan laboratorium, Aliza menghentikan langkahnya. Ia mengintip disela pintu yang terbuka. Vincent dengan seorang pria yang tidak Aliza kenal sedang adu jotos, pria itu seolah pasrah menerima pukulan Vincent.

" maksud lo apaan anj*ng seret gue ke sana...." ucap Vincent, dia memberikan pukulan keras arah pipi pria malang itu. Pria itu terjungkal kebelakang, Vincent duduk di atasnya, melayangkan pukulan pada wajah pria itu.

" lo benar- benar banci..." Vincent tak henti - henti melayangkan pukulan. Kubu jari - jarinya diselimuti dengan darah. Sorot matanya memerah menandakan emosi yang memuncak.

" lo juga ikut vinc...." ucap pria itu. Wajahnya sudah babak belur. Darah merembes dari sudut bibir, hidung dan juga pelipisnya.

" gue ngak pernah ikut campur.....itu masalah lo...lo yang udah buat 'dia' di ambang kematian" Vincent berdiri. Ia membersihtan tangannya dengan sapu tangan yang ada di atas meja lab.

" sekali lagi lu seret gue.....gue akan kasih tau Queenna apa yang terjadi sebenarnya"

Aliza tersentak, Queenna? Nama yang benar – benar tidak asing di telinganya.
Vincent berjalan menuju pintu, Aliza buru – buru bersembunyi di balik tembok. Vincent keluar berjalan menjauh. Tak lama pria yang tadi habis di hajar Vincent keluar dengan terlatih – latih, sepertinya dia menuju uks untuk mengobati lukanya.

Aliza keluar dari persembunyiannya, siapa ‘dia’ yang di maksud Vincent apakah orang yang sama dengan orang yang Aliza harus cari. Aliza harus cari tahu apakah mereka semua berkaitan dengan tugas yang ia jalani, tapi sebaiknya untuk sekarang ia harus bergegas ke kelas sebentar lagi bel akan berbunyi. Aliza berbalik, ia terkejut Angela berada persis di belakangnya dengan tangan yang bersedekap dada.

“ Oh...hai Angela..hee” Aliza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Angla melirik Aliza dari atas sampai bawah, kemudian berbalik meninggalkan Aliza sendirian.
Aliza merasa heran dengan tingkah Angela, apa yang salah dengan gadis itu?.
Tak ambil pusing ia berjalan menuju kelas.

Jam pelajaran pertama berakhir, bunyi bel tanda istirahat sudah berbunyi, Aliza, Ana dan Meli bergegas menuju kantin. Mereka akan berburu ayam geprek yang katanya hanya satu kali salam 3 bulan akan di buat. Suasana kantin riuh seperti biasanya, banyak yang berbondong – bondong menuju stan ayam geprek. Aliza, Ana dan Meli berdiskusi siapa yang kali ini memesan makanan. Ana menawarkan dirinya untuk pergi memesan makanan. Sedangkan Aliza dan Meli mencari tempat duduk.

Aliza yang melihat ada satu meja kosong di bagian tengah menarik tangan Meli untuk menempati meja tersebut. Aliza duduk di depa  Meli, ia melihat sekeliling memperhatikan aktivitas siswa yang sibuk dengan aktivitas mereka masing – masing.   

“ Za...lo tau ngak.... si Mona di culik sama orang ngak dikenal...trus dia juga babak belur di pukul sama tu orang....sampai – sampai dia harus pakai kursi roda akibat tulang kakinya retak....” jelas Meli.

“ astagaa....siapa yang tega bangat buat kak Mona kayak gitu...” Aliza syok mendengar perkataan Meli.

“ Tapi gue dengar – dengar  dalang penculikan itu si Angela....anak yang sering di bully Mona and cs...” Meli mengecilkan suaranya takut di dengar orang lain.

“ Kok kamu bisa bilang gitu?”

“ Ya kan si Mona sering  bully tu anak....mana tau kan dia dendam.....kalau gue jadi Angela tu pasti udah gue lakuin dari dulu....udah gue benyek- benye tu mukanya...” ucap Meli.

“ Trus sekarang kak Mona masuk ngak?”

“ Makanan udah datang.....” ucap Ana, sambil meletakkan nampan di atas meja. Aliza mengambil piring dan juga segelas jus jeruk di hadapnnya. Meli juga melakukan hal yang sama.

“ Ngomongin apaan sih....serius banget aku perhatiin “ tanya Ana.

“ itu kita lagi ngomongin kak Mona...” jawab Aliza. Ia memasukkan satu sendok ayam geprek dan juga nasi ke dalam mulutnya. Rasa pedas disatukan dengan  ayam  denga tambahan  bumbu buatan bu kantin menciptakan sensasi berbeda di mulut Aliza. Jujur ia belum pernah memakan makan ini sebelumnya. Tangannya tak berhenti memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang