29. Babak Baru

2.7K 170 16
                                    

Selamat membaca :)
Jangan lupa vote, komen, dan follow

Selamat membaca :)Jangan lupa vote, komen, dan follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kondisi Irene sudah jauh lebih baik dari tadi malam. Wajahnya tampak lebih bugar dan ceria. Semakin ceria lagi setelah kedua bayinya dipindahkan ke kamarnya. Kedua bayi itu sedang digendong oleh opa-oma dan kakek-nenek mereka. Sementara Irene sedang menikmati sarapannya yang disuapi dengan telaten oleh Wira.

Saat sedang menyuapi Irene, tiba-tiba ponsel yang ada di saku Wira berdering. Wira meletakkan nampan di atas ranjang lalu mengangkat teleponnya. "Ren, Erik sama Amanda mau kesini. Boleh?" tanya Wira.

Irene mengangguk setuju dan tersenyum senang. Dia sudah akrab dengan Amanda sejak pertemuan mereka yang kedua kali di restoran. Tak lama kemudian, Erik dan Amanda pun muncul di depan pintu kamar.

"Irene!" Amanda menghambur ke pelukan Irene yang sudah merentangkan kedua tangannya.

"Pelan-pelan, Amanda. Jahitan di perutnya masih sakit," tegur Wira saat melihat wajah Irene yang meringis menahan sakit saat ditubruk oleh Amanda.

"Oh iya, maaf-maaf. Aku gak sengaja, Ren," sesal Amanda dan langsung menjaga jarak.

"Hati-hati, Nda. Ada bodyguardnya disini." Erik bergabung dengan mereka setelah selesai menyapa kedua pasang orangtua yang ada di ruangan itu.

"Iya nih. Aku terlalu semangat tadi. Maaf ya, Pak Wira," ucap Amanda sedikit menunduk ke arah Wira yang berdiri di samping Irene.

"Hmm.." gumam Wira dengan wajah datar.

"Udah, santai aja. Aku gak papa kok," ucap Irene mengibaskan tangannya saat melihat ekspresi Amanda yang berubah canggung.

"Halo, Cantik. Selamat, ya udah jadi ibu sekarang," ucap Erik sembari menyerahkan buket bunga mawar warna pink dan putih.

"Wah.. makasih, Kak Erik. Tau aja aku suka bunga," ucap Irene senang lalu mencium aroma bunga mawar yang ada di pangkuannya.

"Tau dong. Kan dikasih tau sama bos aku. Tadinya aku mau bawa parsel buah. Tapi kata dia bawa bunga aja biar kamu seneng."

Irene melirik Wira dengan ekor matanya lalu tersenyum kecil.

"Manda, gimana kabar kamu?" sapa Pak Bowo yang duduk di sofa sudut ruangan itu.

Amanda segera beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Pak Bowo. "Baik, Pak. Bapak dan Ibu apa kabar? Pasti lagi bahagia-bahagianya ya menyambut kelahiran cucu."

"Sudah pasti dong, Manda. Emangnya apa lagi yang kami tunggu-tunggu selain kehadiran cucu," ucap Bu Ira senang sambil menimang salah satu cucunya.

"Oh ya, Pak. Gimana dengan kinerja Kezia. Bapak cocok kan sama dia?"

"Yah.. sejauh ini sih bagus. Tapi tetap belum bisa nyeimbangin kecekatan kamu" jawab Pak Bowo.

"Kezia siapa, Pa?" sahut Wira yang sedang duduk di samping Irene. Nama Kezia yang ia dengar barusan terasa asing baginya.

Cara Terakhir Mendapatkanmu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang