36. Lembaran Baru

3.8K 232 22
                                    

Selamat membaca :)
Jangan lupa vote, komen, dan follow

Irene sedang memandangi sebuah cincin yang sudah lama sekali dia simpan rapat-rapat di dalam laci lemarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene sedang memandangi sebuah cincin yang sudah lama sekali dia simpan rapat-rapat di dalam laci lemarinya. Melihat cincin itu membawanya flashback ke peristiwa beberapa tahun silam. Dia kembali mengingat momen saat cincin itu dipasang di jari manisnya oleh seorang pria yang ia harapkan menjadi pendamping hidupnya. Betapa bahagianya mereka saat itu karena mereka sudah selangkah lebih dekat dengan mimpi-mimpi mereka untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Namun cincin pertunangan yang belum sempat digantikan dengan cincin kawin itu akhirnya harus dilepas paksa oleh keadaan. Sampai saat ini, cincin itu masih disimpannya dengan rapi. Entah apa tujuannya. Apakah dia masih menunggu kedatangan pemberi cincin itu untuk memasangkan cincin itu kembali ke jari manisnya? Atau dia menunggunya untuk mengambil cincin itu kembali?

Irene menghela nafas berat. Dimasukkannya cincin itu ke dalam tasnya.

Malam ini Irene ada janji makan malam bersama Eliot di sebuah restoran. Dia sudah selesai berdandan rapi dan layak. Gaun biru langit sepanjang lutut membalut tubuhnya dengan indah.

Ponsel Irene berdenting.

Mas udah di depan rumah kamu.

Setelah menerima dan membaca pesan singkat dari Eliot, Irene mematut dirinya sekali lagi di depan cermin lemari untuk memastikan penampilannya baik-baik saja. Setelah itu dia berlari kecil menuju pintu rumah dengan menggantung tali tas slingbag warna putih di bahu kanannya.

Saat dia tiba di teras rumah, dia sudah disambut oleh Eliot. Pria itu berdiri di samping pintu mobil yang terbuka. "Silakan masuk, Tuan Putri," ucapnya dengan sikap tubuh bak seorang bangsawan.

Irene tersenyum geli sambil berjalan menghampirinya. "Apaan sih, Mas. Lebay banget," ucapnya sambil menepuk pundak Eliot. Dia pun masuk ke dalam mobil dan Eliot menutup pintu untuknya.

Singkat cerita mereka pun sudah duduk di kursi meja makan sebuah restoran mewah. Meja mereka berada di pinggir dekat jendela kaca sehingga mereka bisa menikmati pemandangan lampu kota dari atas ketinggian.

"Makasih ya Mas untuk makan malamnya. Tempatnya bagus. Makanannya juga enak," ucap Irene setelah mereka selesai makan dan piring-piring sudah diangkut semuanya oleh pelayan restoran. Yang tersisa di atas meja adalah setangkai bunga mawar pemberian Eliot, tas Irene, dan lilin yang menyala di tengah-tengah meja.

Eliot tersenyum sambil mengulurkan tangannya kanannya. Irene paham. Dia menaikkan tangan kirinya ke atas meja lalu meletakkan di atas tangan Eliot yang terbuka. Jari tangannya digenggam dan punggung tangannya dielus lembut dengan menggunakan jempol.

"Apa kamu sudah mengambil keputusan? Mas tidak bermaksud mendesakmu. Hanya ingin bertanya saja," ucap Eliot sambil menatap mata Irene yang cantik.

Irene tersenyum hangat sambil mengangguk. Dia mengambil tas yang terletak di atas meja lalu menarik tangannya perlahan dari genggaman Eliot untuk mengambil sesuatu dari dalam tas itu.

Cara Terakhir Mendapatkanmu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang