28. Dandelion & Edelweis

2.8K 192 26
                                    

Selamat membaca :)
Jangan lupa vote, komen, dan follow

Selamat membaca :)Jangan lupa vote, komen, dan follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, Sayang." Wira berbisik dengan suara serak khas bangun tidur di telinga Irene yang masih belum sadar dari komanya. "Kamu bakalan bangun hari ini, kan? Kamu gak akan ngelewatin hari ulang tahunku, kan?"

Wira mengecup lama kening wanita itu lalu beranjak dari sisi tempat tidur hendak ke kamar mandi. Disaat dia masih setengah berdiri, ponsel Irene yang ada di laci nakas berbunyi. Wira pun membatalkan niatnya untuk berdiri lalu membuka laci di sebelahnya. Ternyata bunyi itu adalah notifikasi pengingat yang sudah di setting oleh pemilik HP.

"Happy bad day 🤬"

Begitulah catatan yang muncul di layar ponsel Irene. Wira terkekeh membaca catatan pada pengingat tersebut. Namun tawanya berubah menjadi isak tangis dan bahu yang bergetar. Dia terharu karena ternyata Irene memasang pengingat di ponselnya untuk mengingatkan dirinya akan ulang tahun Wira setiap tahun.

"Apa seburuk itu?" tanya Wira sembari tersenyum getir dan mengusap lembut pipi Irene. "Aku janji mulai sekarang dan seterusnya nggak akan bikin kamu marah-marah lagi di hari ulang tahunku." Ia menghapus sudut matanya yang basah lalu kembali menyimpan ponsel Irene ke dalam laci.

Saat ia beranjak untuk ke kamar mandi, lagi-lagi geraknya terhenti oleh ponsel yang berbunyi. Kali ini panggilan video dari ponselnya.

"Iya, Ma?"

"Selamat ulang tahun yang ke-26 anak Mama." Wira tersenyum melihat wajah kedua orangtua dan adiknya Rachel di layar. Mereka terhubung dalam panggilan video grup.

"Happy birthday abangku tersayang yang udah jadi daddy. Duhh.. gemes banget sih. Gak sabar deh pengen ketemu sama ponakan-ponakanku."

"Makasih ya Pa, Ma, Chel. Bdw, lo kok makin gendut sih? Diet sana," goda Wira. Dia tahu kalau adiknya paling anti dikatai gemuk.

"Ihh.. kok body shaming sih. Norak lo! Untung lagi ulang tahun. Kalo nggak gak bakal gue maafin," sungut Rachel cemberut, diikuti tawa renyah dari Wira.

"Udah, udah. Kalian ini. Nggak jauh, nggak dekat, selalu aja berantem. Kayak mama papa dong, selalu akur," lerai Bowo sembari mendusel manja di pelukan Ira, istrinya. Wira dan Rachel serempak memasang wajah malas melihat kemesraan orangtua mereka yang tidak kenal waktu dan tempat.

"Kamu minta hadiah apa, Sayang dari Papa sama Mama?" tanya Ira.

"Gak usah kasih hadiah, Ma. Gak usah siapin acara apa-apa juga. Aku cuman minta doanya untuk Irene biar dia cepat sadar dari komanya," ucap Wira sembari mengarahkan kamera ponselnya ke wajah Irene.

"Amiiin," ucap mereka serempak.

#

Wira menatap sedih pada cake strawberry di dalam kulkas yang ia beli tadi malam. Dia benar-benar berharap Irene akan bangun pagi ini dan bisa meniup lilin serta make a wish bersamanya. Namun ternyata hingga siang hari ini, Irene belum juga sadar dari komanya.

Cara Terakhir Mendapatkanmu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang