7. Aku Akan Bertanggungjawab

5.6K 209 3
                                    

Jadilah pembaca yang baik dengan meninggalkan vote dan komentar.

Jadilah pembaca yang baik dengan meninggalkan vote dan komentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Grep!

Dengan satu kali tarikan, Erik berhasil menarik tubuh ramping Amanda ke balik tembok.

Shht. Dia menempelkan jari telunjuknya di bibir gadis itu agar tidak berisik, kemudian menarik tangannya menuju ruang arsip yang letaknya tidak jauh dari sana.

Setelah mereka berdua masuk ke ruangan itu, tanpa menyalakan lampu, Erik mendorong tubuh Amanda ke tembok lalu menghimpit gadis itu dengan tubuhnya.

"Jauh-jauh, ih!” Amanda berusaha mendorong tubuh tinggi besar kekasihnya  itu.

"Bakal aku lepasin, tapi jelasin dulu kenapa tadi kamu ngaku-ngaku belum punya pacar di depan Pak Bowo, hmm?" tanya Erik dengan suara pelan. Ada kecemburuan tersirat dari nada bicaranya.

Salah satu tangannya ia taruh di belakang kepala gadis itu untuk melindunginya dari benturan tembok. Tangan satu lagi menahan pinggangnya  untuk mengunci pergerakannya. Tubuh mereka sangat dekat sampai Erik bisa merasakan hembusan napas Amanda menyentuh lehernya.

Erik menundukkan kepalanya untuk berbicara dengan Amanda, dan Amanda harus mendongakkan kepalanya karena tinggi badan gadis itu hanya sebatas bahu Erik. Itupun karena dibantu high heels 10 cm.

"Emangnya cuman kamu yang bisa main di belakang aku?" sindir Amanda dengan tatapan sinis. Dia masih berusaha mendorong dada bidang Erik dengan kedua tangannya.

"Kamu percaya sama cerita Wira tadi?" tanya Erik melembutkan suaranya. Dorongan tangan Amanda tidak membuat tubuhnya bergeming sedikitpun.

Amanda tidak menjawab. Dia sudah menyerah dari usaha meloloskan diri.
"Kalau kamu marah karena itu—" Erik menunda ucapannya. Dia maju selangkah makin menghimpit tubuh gadis itu ke tembok.

Amanda menghela nafas kesal. "Sesaak!" sungutnya sambil memukul dada Erik.

Erik yang tidak tega membuat gadisnya merasa tidak nyaman, akhirnya membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Jangan salah paham, ya. Tadi itu cuman akal-akalan Wira," lanjutnya sambil mengusap lembut rambut hingga punggung Amanda.

Amanda mengangkat kepalanya dengan tubuhnya masih berada di pelukan Erik."Bohong," ucapnya dengan memicingkan matanya. Ia butuh lebih diyakinkan lagi.

"Nggak bohong, Sayang. Si Wira hanya menjadikan aku tumbal untuk menutupi kesalahannya."

"Kesalahan apa?" tanya Amanda penasaran.

"Rahasia. Aku gak boleh cerita ini ke siapa-siapa," ucap Erik berusaha memberi pengertian.

Tentu Amanda tidak akan memaksa Erik untuk menceritakan sesuatu yang hanya boleh diketahui oleh Erik dan atasannya. Sebagai sekretaris direktur utama, dia mengerti ada hal-hal yang cukup diketahui oleh dirinya dan atasannya. Inilah yang disebut profesionalisme kerja.

Cara Terakhir Mendapatkanmu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang