17. Perdebatan

3.1K 185 23
                                    

Part ini cukup panjang karena saya menggabungkan 2 bab jadi 1.
Enjoy ya. Jangan lupa untuk meninggalkan vote dan komentar.

Sore hari setelah pulang kantor, Wira segera meninggalkan ruangannya untuk menemui wanita yang baru ia ketahui tengah mengandung anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari setelah pulang kantor, Wira segera meninggalkan ruangannya untuk menemui wanita yang baru ia ketahui tengah mengandung anaknya. Sekarang tekadnya sudah bulat. Dia tidak akan mundur apa pun yang terjadi.

"Calon daddy buru-buru amat," sindir Erik mengikuti langkah Wira.

"Berisik. Lo langsung pulang aja. Gue mau langsung ke rumah Irene," ucap Wira dengan penuh semangat. Sejak tadi ia tidak berhenti tersenyum setiap kali mengingat dirinya akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Irene, wanita yang sangat ia cintai.

"Oke, Bos. By the way, sebagai sahabat gue mau ngucapin selamat. Ya walaupun perbuatan lo tidak bisa dibenarkan, gue tetap doakan supaya Irene mau menerima permintaan maaf lo dan bersedia menikah sama lo," ucap Erik sambil merangkul bahu sahabatnya.

"Thanks." Wira membalas rangkulannya.

*****

Lima belas menit lalu Wira sudah sampai di rumah Irene. Namun karena penghuni rumah sedang tidak ada dan pintu dikunci, ia memutuskan untuk menunggu di kursi teras.

Tak lama kemudian muncul seorang perempuan dengan menenteng plastik belanja warna putih bertuliskan nama sebuah minimarket. Di dalam plastik belanja itu nampak beberapa bungkus mie instan dan juga beberapa butir telur.

Wira tersenyum sumringah menyambut kehadiran perempuan itu. Sesekali pandangannya turun ke arah perut ratanya. ‘Ada bayiku di dalam sana,’ batinnya senang.

Irene sempat berhenti melangkah saat melihat pria bertubuh tinggi itu berdiri di depan rumahnya. Keningnya mengernyit sebentar saat melihat lebam-lebam di wajah pria itu. Lalu tak lama kemudian ia melanjutkan langkahnya setelah menghela napas panjang.

"Pergi!" ketusnya sambil berjalan melengos melewati Wira. Dia mengambil kunci dari saku kardigannya lalu membuka pintu.

"Kamu habis dari minimarket? Lain kali kalau butuh sesuatu bilang aku aja," ucap Wira.

Irene merotasikan bola matanya mendengar kata-kata itu. Untung saja perutnya sedang kosong. Kalau tidak, ia bisa memuntahkan semua isi perutnya sekarang juga karena kalimat klise itu. Irene pun berusaha menutup pintu cepat-cepat sebelum pria itu ikut masuk ke dalam rumah. Namun pergerakannya kalah cepat dan pria itu berhasil masuk. Tanpa merasa bersalah, Wira merebut plastik di tangan Irene lalu melengos masuk ke area dapur.

"Mau kamu apa sih! Nggak puas kamu udah ngancurin hidup saya, hah!" bentak Irene sambil mengikutinya ke dapur.

"Kamu mau rasa apa? Soto atau kari?" tanya Wira mengabaikan kemarahan perempuan itu. Dia harus lebih kebal menghadapinya sekarang. Diambilnya wajan dan sendok dari rak piring lalu diletakkan diatas kompor gas. Irene yang sudah diliputi amarah, berjalan cepat ke arah kompor lalu mencampakkan wajan itu ke lantai.

Cara Terakhir Mendapatkanmu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang