Marissa menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah berpagar coklat. Di halaman depan tampak seorang laki-laki muda tengah menyiram pepohonan hijau yang rimbun. Laki-laki itu terus memperhatikan ke arah mobil seolah menunggu dirinya keluar. Dan seketika senyum lebar tersungging di wajahnya saat Marissa menampakan wajah.
"Kak, Rissa?" Sapanya dengan gembira. Dimatikannya keran air lalu dibukanya pintu pagar."Apa kabar, Ga?" Sapa Marissa seraya mengulurkan tangannya.
"Baik, Kak." Pemuda itu menyambut uluran tangan Marissa, dan mempersilakannya masuk ke dalam rumah.
"Ibu, ada?"
"Ada, Kak. Sebentar aku panggilin."
Sesaat kemudian terdengar suara seorang wanita menyapanya.
"Rissa?" Wanita itu terkejut, lalu memeluk Marissa erat. "Kamu sudah baik sekarang?" Tanyanya, seraya mengusap-usap bahu Marissa.
Marissa mengangguk. Tante Soraya tampak lebih tua dari saat terakhir ia melihatnya empat bulan lalu. Terlihat rambut putihnya kini semakin nampak. Tubuhnya terlihat lebih kurus. Dan wajahnya tak seceria biasanya. Ia masih berduka.
"Maaf, Tan Rissa baru sempat ke sini lagi."
Wanita itu tersenyum seraya mempersilakan Marissa untuk duduk.
"Tak apa. Tante mengerti. Mm... kamu sudah ke makam Tyara?" Tanyanya dengan hati-hati, seolah ingin memastikan Marissa sudah baik-baik saja.Marissa mengangguk. Dipegangnya kedua tangan wanita itu. "Tante gimana kabarnya sekarang?"
Sesaat wanita itu memandang Marissa tanpa kata, lalu tertunduk. Perlahan ditariknya nafas dalam-dalam seolah mencoba untuk mengumpulkan kekuatannya kembali. Ia tampak sangat letih. "Sejak Tyara meninggal, Tante banyak di rumah. Tante sudah jarang ke toko. Sekarang Agha yang bantu ngawasin toko. Kasihan dia..."
"Buuu..." Tiba-tiba Agha muncul. Memotong kalimat Ibunya. Diletakannya sebuah nampan berisi dua cangkir teh hangat dan sepiring kue-kue manis di atas meja.
Tante Soraya pintar bikin kue. Sejak suaminya meninggal dunia saat Agha masih kecil, Tante Soraya membuka sebuah toko kue yang tak jauh dari rumahnya. Meski kecil tapi toko kuenya cukup ramai dan terkenal. Bakatnya itulah yang lalu menurun kepada Tyara.
"Aku sengaja cuti kuliah dulu, Kak. Biar bisa nemenin Ibu. Sekalian ngawasin toko," sahut Agha seraya mempersilakan Marissa meminum tehnya lalu kembali menghilang ke belakang.
Kini Tante Soraya kembali memandang Marissa. "Biar pun Tyara hanya anak angkat, tapi dia juga keponakan Tante. Darah daging Tante." Tante Soraya menyambung ceritanya. Ia memang sudah mengasuh Tyara sejak kecil. Ibu Tyara menitipkannya dengan harapan ia bisa mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik di Jakarta.
"Tante enggak menyangka dia lebih dulu ninggalin Tante." Tante Soraya mengusap air matanya.Marissa menggenggam tangan Tante Soraya untuk menenangkannya. "Tan, ini sudah takdir Tuhan," ucapnya sambil menahan suaranya agar tak bergetar. Melihat wanita itu menangisi Tyara membuat hatinya kembali pilu.
Tante Soraya menggeleng pelan. "Tapi dia belum ikhlas pergi. Tante masih sering melihatnya."
Kini Marissa terhenyak. Ditatapnya Tante Soraya dengan wajah terkejut.
"Dia masih sering datang ke sini menemui Tante. Biasanya dia ada di sana." Tante Soraya menoleh ke belakang lalu menunjuk salah satu sudut dapurnya. "Dia datang setiap malam saat Tante bikin kue. Tadinya Tante pikir dia hanya ingin membantu dan menemani Tante seperti kebiasaannya dulu. Tapi lama kelamaan Tante merasa dia ingin memberitahukan sesuatu pada Tante."
Marissa terpaku. Ternyata benar dia tidak berhalusinasi selama ini. "Sesuatu apa, Tan?" Kini ia merasa tak sendirian.
Wanita itu menggeleng. "Tyara anak yang tertutup. Dia jarang sekali menceritakan masalah pribadinya pada Tante. Tapi dua minggu sebelum meninggal dunia dia sempat datang ke sini. Dia bilang ada sedikit masalah dengan suaminya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sampai Mati
Mystery / ThrillerCerita penuh ketegangan, emosi dan akhir yang tak terduga. Tentang Marissa, seorang wanita kesepian yang kehilangan sahabat satu-satunya, Tyara. Ia mencari kebenaran di balik kematian Tyara yang penuh teka-teki, yang sulit sekali diungkapkan, karena...