20.

689 63 10
                                    

"Selamat datang. Ingin pesan apa?"

Sebuah suara yang terdengar ramah mengalun indah saat sebuah pintu dibuka. Beomgyu masuk ke sebuah cafetaria sembari celingukan ke kanan dan ke kiri layaknya sedang mencari sesuatu.

"Ummm... Boleh tanya-tanya?" cicit Beomgyu dengan suara lirih, bahkan pria di depannya sampai mencondongkan wajah agar bisa mendengar dengan jelas.

"Iya boleh dilihat-lihat dulu. Nanti jika ada yang mau dipesan langsung katakan pada saya."

"Ummm... Anu... Lowongan... Tadi saya lihat ada lowongan di internet."

Pria yang tubuhnya berbalut apron coklat menatap lekat pada Beomgyu, memindai dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.

"Bisa racik kopi?"

"Bisa yang dasar aja sih... Ummm... Apa bisa diajari dulu?"

Pria itu mengangguk dengan tangan yang menumpu dagu. Mencoba berpikir untuk memberikan kesempatan atau justru melepaskannya. Setelahnya ia beralih pada meja kasir, meraih telepon kabel disana.

Suara itu seperti bisikan, sangat tipis dan kecil sehingga tak bisa terdengar. Bahkan Beomgyu yang mencoba curi-curi dengar masih tak bisa mengetahui isi pembicaraan tersebut.

Selang beberapa menit pria tadi kembali.

"Kata bos kamu diterima. Tapi setelah mendapatkan bimbingan. Kalau dalam dua hari tidak ada perkembangan, maka maaf saja kami tidak bisa merekrutmu. Sebelumnya perkenalkan namaku Choi Yeonjun."

Beomgyu tersenyum manis, "terimakasih yeonjun-ssi, aku akan bekerja keras."





"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Enggak Tae, itu semua gak kaya yang kamu pikir."

"Apa lagi? Udah jelas aku melihat semuanya. Kamu gak bisa mengelak lagi. Kalian ngelakuinnya suka sama suka, jangan mencoba menutupinya."

"Kamu kejam Tae, padahal aku udah ngasih semuanya ke kamu. Ini balasannya?"

"Dengan bermain dibelakangku? Jelas kamu menyerahkan semuanya bukan hanya padaku. Lantas apa bedanya dengan jalang diluar sana?"

Plak

Sebuah tamparan telak terpatri pada pipi Taehyun. Pria itu meringis sesaat.

"Gak ada lagi yang perlu kita bahas. Semuanya sudah berakhir." Namun tiba-tiba saja Taehyun tertawa hambar, "jadi ini alasan Beomgyu melarang hubungan kita?"

"Kenapa kau membawa nama pria hina itu?"

"Tolong berkacalah, kau lebih buruk darinya."

"Setidaknya aku tak hamil."

Mendengar ucapan dari sang lawan bicara membuat hati Taehyun berdenyut nyeri. Entah kenapa ia jadi memikirkan nasip Beomgyu setelahnya. Entah kenapa ia jadi bertanya-tanya pria biadab mana yang berhasil merenggut kesucian saudaranya itu. Dan entah kenapa rasa bersalah itu baru menghantui dirinya.







TMI || TaeGyu ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang