"phi are my hubby when you ware home"

1.9K 209 46
                                    

_

_

_

_

_

Sesekali dia menarik nafasnya dalam dan melepaskannya dengan hembusan panjang, bertanya pada dirinya sendiri tentang lelah yang ia alami tentang berusaha menjadikan hidupnya baik baik saja, terus berusaha agar semuanya setidaknya terlihat baik baik saja. Jiwanya lelah tapi ia tidak memberikan jeda pada apapun termasuk tangisnya

Ia merakit alasan demi alasan untuk bertahan, membuat dirinya terlihat mengenaskan hanya karna bertahan, dirumah ini ada alasan kenapa hanya kamar utama yang memiliki sistem kedap suara, pertengkaran mereka menjadi satu satunya alasan

"Noeul sudah menikah, hidupnya bahagia sekarang lalu apalagi?! Kau bilang bertahan hanya sampai bungsu kita menikah bukan? Lalu menambah waktu untuk memastikan pernikahannya bahagia, ini sudah hampir setahun dan dia baik baik saja lalu apalagi!!!"

Kalimat akhir itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Ia tahu jika hari ini akan datang tapi bukankah ini terlalu cepat?

"Sebentar lagi, sebentar lagi tolong. Aku sedang mempersiapkan diriku"

"Kau! Sejak Noeul berusia 10 tahun!! aku sudah cukup bertahan selama itu, sejak itu seharusnya sudah mempersiapkan dirimu"

Dulu tangisannya cukup ampuh untuk meredam amarah suaminya, tapi beberapa tahun terakhir ini tidak lagi berguna, suaminya tetap bersuara tinggi dan lantang

"Apa- apa kau sangat mencintainya?"

"......"

"Kenapa diam? Jawab"

"Jawabanku sudah jelas dan itu akan semakin menyakitimu"

Entah untuk kali berapa dia membiarkan rasa sakit itu menyerangnya tanpa ampun

"Tanda tangani surat ce-"

"Ibu, ayah"

Tepat pada saat itu suara si sulung terdengar, air matanya tidak boleh terlihat, dia memandang cermin sebentar sebelum keluar kamar, melatih senyum untuk anaknya, seperti biasa.

_

_

_

_

_

Kemarin adalah hari yang berat, tapi hari ini jauh lebih berat. Tekanan demi tekanan yang ia dapat membuat Boss nyaris terpejam sepanjang jalan didalam mobil, sesekali asisten pribadinya melirik kearah kaca saat mendengar nafas berat dari atasannya. Menjadi penerus tidak akan pernah mudah sekalipun ia dilatih sejak kecil, Boss memahami dunia hitam para pengusaha tapi ia tidak menyukai bagaimana politik mengatur bisnisnya

"Tuan muda, tuan besar ingin bicara" sekali lagi ia membuang nafasnya berat sebelum menerima ponsel dari asistennya

Boss mengerti ini adalah kesalahannya dengan membiarkan banyak data hilang akibat karyawan yang membelot tapi bukan berarti dia tidak bertanggung jawab, Boss sedang membereskan masalah tapi ayahnya menuntut hal lain. Sementara itu perusahaan pribadinya sedang bersaing untuk mendapatkan tender besar

Pria itu memejamkan matanya lagi saat panggilan dimatikan hingga asistennya membukakan pintu untuknya, hari ini adalah hari yang panjang. Boss membutuhkan istirahat tapi pekerjaan yang ia bawa pulang harus segera diselesaikan, inginnya seperti itu tapi saat melihat istrinya sedang berada di dapur Boss diam diam menghampiri, memeluknya dari belakang

Genuin LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang