".....like life only once I want to get married also only once"

1.3K 198 38
                                    

_

_

_

_

_

Hujan lagi

mendung lagi

sendiri lagi

ketiga hal ini belakangan ini senang sekali bersama Noeul, semesta memberikannya dan pria manis itu membalasnya dengan tangisan sederas rintik hujan sore ini. November milik Noeul tidak sebaik orang lain, banyak warna yang hilang berganti dengan abu abu, tidak hitam tidak putih. Tapi setiap malam pada akhirnya ia menyadari dari segala hal tentang hidup yang bisa ia lakukan hanya menjalani semampunya, menikmati seadanya dan mensyukuri segalanya dan besoknya dia akan bangun, tidah menyerah ia masih kuat melangkah meski semalam tadi adalah malam yang berat tapi keputusan yang ia ambil sangat bulat

kata 'cerai' itu begitu ringan, terlontar ke udara seperti senapan sialnya itu menancap tepat pada hati Noeul, tapi anehnya sorot mata Boss seperti terluka, bahkan setelah Noeul mengatakan 'Tidak' dengan lantang Boss meninggalkannya namun sempat ia lihat air mata suaminya yang belum sempat mengalir. Mereka menggantung sampai sore ini, tapi Noeul memastikan ia akan mempertahankan apapun yang terjadi, benteng sabarnya masih setebal kerak bumi, itu tidak mudah terkikis.

Tapi.....

Noeul merendahkan mimpinya tentang rumah tangga yang sempurna bersama Boss karna untuk mempimpikan hal itu Noeul takut akan mengecewakan dirinya sendiri, saat ini mimpi dan doanya hanya agar ia mampu mempertahankan rumah tangganya, tidak apa ia berjuang sendiri, tidak apa ia tertatih, tidak apa walau berdarah darah karna jika semua ini tentang Boss ia akan melakukan segalanya

rumahnya sunyi, hanya terisi suara hujan yang menghantam atap dan tanah jadi suara bel pintu di bawa bisa terdengar hingga ke kamarnya, Noeul menghapus air matanya yang mengalir hingga ke leher, melihat cermin dan tanpa sadar berlatih senyum disana sebelum keluar kamar

Noeul tersenyum menampilkan gigi kelincinya saat wajah Ja muncul di depan pintu, Pria tinggi yang sudah ia anggap sedarah dengannya datang disaat yang tidak tepat tapi pelukan yang diberikan Ja, ia membutuhkannya penyemangat tanpa kata.

"jarang sekali Phi datang"

"kami baru kembali dari Seoul dan membelikanmu ini"

"dimana P'frist?"

"dia mengalami jet lag dan meminta Phi mengantarkan ini kepadamu secepatnya jadi Phi meninggalkannya saat dia tidur" Noeul mengangguk, matanya berbinar saat sekotak strawberry korea berada di tangannya

"noeul"

"hmm?"

"ada apa dengan pergelangan tanganmu?"

"ah ini, pintu kamar mandiku sedikit bermasalah jadi aku mencoba memperbaiki"

"panggil seseorang atau minta suamimu, jangan berurusan dengan perkakas. apa pintumu masih rusak?" Noeul menggeleng dengan senyumnya

"tidak, aku berhasil memeperbaiki jadi itu sudah aman sekarang" Ja mengacak rambutnya gemas

"yasudah kalau begitu Phi pulang na"

"tidak mau masuk dulu? diluar masih hujan Phi"

"lain kali Phi akan berkunjung, kau masuk lah dan pakai baju hangat, musim hujan sudah dimulai"

Noeul mengangguk lagi dan melambail sebelum masuk kedalam, meletakan bungkusan itu kedalam kulkas lalu berdiri di depan pintu. Wajah itu kembali, ia melepaskan topengnya seiring dengan kepergian Ja. Setiap hal ini terjadi yang bisa dia lakukan hanya diam dan menangis, menunggu kepulangan Boss yang entah kapan. Noeul mulai merasa ia harus bergerak untuk mendapatkan kembali hati suaminya jadi ia berbalik ke arah dapur, memakai apronnya dan tangannya mulai lincah bergerak.

Genuin LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang