Malam ini kafe yang mereka datangi memang sangat ramai dan untung saja Lisa sudah memesan untuk kursi di teras lantai dua. Dari atas sini dapat dilihat lampu gedung-gedung besar di kota Jakarta.
"Keano ngumpul sama teman basketnya?" tanya Aya yang dibalas anggukan oleh Chala, "Iya, dia barusan nelepon gue."
"Chal, lo jadi ikut lomba berkuda itu?"
"Jadi, minggu depan lombanya. Kemungkinan gue bakal jarang berangkat barang dan ngumpul beberapa hari kedepan."
"Bagus dong Chal. Gue ikut senang dengarnya," ucap Aya sumringah mendengar kabar baik dari sahabatnya itu.
"Tapi gue takut gemetaran pas tanding."
Lisa si ahli segala pertandingan merangkul pundak Chala, "It's okay, Chal. Rilex. Latihan nafas dan berpikir positif kalua lo bakal menang. Lo bisa hadapinya lebih baik lagi, ingat semu pengorbanan yang uadah lo lalu untuk mencapai hal ini. Ingat semua luka lebam yang dapat saat Latihan, harus di balas dengan sem2ua rasa percaya diri lo. Kami yakin lo bisa dan lo juga harus yakin dengan diri lo sendiri bahwa lo bisa melewatinya. Pikiran kit aitu mempengaruhi hal yang akan kita lakukan. Jadi lo harus selalu berpikir positif bahwa lo bisa melewatinya bahkan lebih dari batas kemampuan lo."
Chala mengangguk dan memeluk Lisa. Salah satu alasan Aya menyukai pertemanan mereka bukan hanya karena mereka tinggal sekompleks ataupun sering ngumpul bareng, tetapi mereka itu seperti support sistem antara satu dan yang lainnya.
Mereka lanjut mengobrol hingga tidak sadar di meja sebelah sudah dipenuhi oleh sekumpulan laki-laki yang baru saja tiba.
"Aya!" panggil Rezi yang membuat Aya menoleh. Ternyata Keano dan tim basketnya berkumpul di kafe ini juga. Aya tersenyum dan mengangguk kecil, "Oh Hai kak!" sapanya canggung. Hanya Rezi, Keano, dan Kevin yang Ia kenal disana.
Seorang laki-laki berjalan mendekat ke meja mereka, lebih tepatnya ke arah Lisa. Aya dan Chala menatap bingung karena baru pertama kali melihat laki-laki ini.
"Hai, Lis. Apa kabar? Makin cantik aja lo," ucap laki-laki itu yang sudah duduk disamping Lisa. Dari wajahnya bisa di lihat kalau Lisa tidak nyaman dengan keberadaam laki-laki itu.
"Wih... sombong ya lo sekarang," laki-laki itu tersenyum, mengintimidasi. Laki-laki itu semakin menggeserkan kursinya mendekat kearah Lisa, "Lo tuh salah satu mantan gue yang paling cantik, Lis."
Mantan? Tapi Aya belum pernah melihat cowok ini. Apa ini mantan selingkuhan Lisa? Aya yang melihat Lisa semakin tidak nyaman berdiri dan memindahkan kursinya ke samping Lisa sebagai penghalang laki-laki itu, "Maaf, bisa geser?"
"Oh... lo pasti Aya? Dilihat dari dekat ternyata lo cantik juga ya," kata laki-laki aneh ini.
"APASIH LO? DASAR MESUM!" teriak Lisa yang membuat Keano dan teman-temannya melihat kearah mereka. Aya yang berada disamping Lisa, hanya dapat menganga pertama kali melihat Lisa marah seperti ini.
"Kenapa Ay?" tanya Keano yang kini berdiri disamping Aya. Aya menggeleng dan menatap laki-laki aneh itu, "Tuh cowok buat Lisa gak nyaman."
Laki-laki itu terkekeh, "Gue buat lo gak nyaman? Bukannya dulu lo senang dekat sama gue?"
"GILA LO YA? GUE TAKUT DEKAT SAMA LO! PSIKO!" teriak Lisa lalu pergi meninggalkan tempat itu. Aya dan Chala mengikuti Lisa sedangkan Keano masih disana menatap laki-laki itu dengan tatapan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have a Crush On You
Teen Fiction"Boleh gue peluk lo?" "Hah?!" Karena Aya tidak merespon, laki-laki itu langsung memeluk Aya yang mematung lalu melepaskannya dan berkata, "Benar. Gue suka sama lo." "APA?" "Bercanda." Laki-laki itu pergi dan meninggalkan Aya yang masih mematung deng...