Aya tidak bisa menyembunyikan senyumnya dari pagi tadi. Bahkan saat makan pun Ia masih tersenyum cerah. Senin ini akan menjadi tanggal yang Ia ingat terus. Aya lolos OSN tingkat nasional dan akan mewakili provinsinya.
Sekolah sudah sangat sepi dan Aya masih berkutik di labor untuk mencoba dan mempelajari percobaan tentang kimia organik dan anorganik yang kemungkinan akan digunakan saat olimpiade. Ada beberapa referensi yang Ia dapat dari guru dan juga kakak tingkatnya yang sebelumnya sampai ke tahap ini.
"Akhirnya selasai!"
Aya meregangkan ototnya dan duduk di kursi miliknya. Setelah hampir dua jaman berkutit di depan zat-zat kimia, Aya akhirnya menyelesaikan dua percobaan pertamanya beserta laporannya. Aya mengambil ponselnya, mematikan rekaman, membereskan barang-barangnya lalu menyuci alat-alat yang Ia gunakan sebelum pulang. Setelah selesai, Aya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam sore.
"Gak kerasa udah jam segini aja," gumam Aya sembari menyandang tasnya. Ia berjalan keluar labor. Gedung sekolah sudah sepi dan hari sudah mulai gelap. Aya mempercepat langkahnya untuk turun dari lantai dua. Saat sampai di pertengahan anak tangga, Ia mendengar suara rintihan dari bawah. Aya memelankan langkahnya dan diam di tangga terakhir. Suara ringisan itu terdengar jelas dan semakin mendekat kearahnya. Aya merasakan bulu kuduknya merinding seketika. Ia menahan nafasnya dan menunggu suara itu hilang, namun suara itu semakin dekat yang membuat Aya merapalkan doa-doanya.
Deg
Deg
Suara langkah kaki terdengar dan saat langkah kaki itu berhenti di depannya, Aya berteriak dan lari menyenggol orang yang sedang berdiri di depannya hingga terjatuh. Aya berhenti saat tersadar yang Ia tabrak itu adalah manusia. Ia menoleh kebelakang dan membelalak matanya, "KAK KEVIN?"
Aya menghampiri Kevin yang sedang terduduk di lantai dengan wajah penuh lebam. Bukan hanya wajah yang berantakan, pakaian sekolah Kevin juga berantakan. Kevin tersenyum ke arahnya seakan tidak terjadi apa-apa.
"Baru pulang, Ay?"
"Iya," Aya membantu Kevin yang sedang kesusahan untuk berdiri, "Kenapa kak? Kok bisa gini?"
"Iya tadi aku jatuh.. biasa kan ini kaki belum sembuh total jadi keseleo sedikit."
Aya tau itu bohong, orang jatuh seperti apa yang membuat wajah membiru seperti itu. Aya mengalungkan tangan Kevin ke lehernya, "Kak, biar aku bantu ke motor."
"Sorry ya malah jadi nyusahin Aya."
Aya tidak merespon, Ia membantu Kevin sekuat tenaga karena berat dan tinggi Kevin yang jauh berbeda dari Aya. Aya tidak tau mengapa tapi, perasaannya sekarang tidak nyaman. Ia khawatir. Sangat Khawatir.
"Kak, pulang naik motor aku aja."
"Ngerepotin, Ay. Aku masih bisa kok bawa motornya."
Aya diam kembali. Aya memasang helmnya dan mengambil helm Kevin lalu memasangkannya.
"Ay, aku bisa kok bawa motornya."
Aya tidak menjawab dan mengeluarkan motornya. Ia menatap Kevin, "Ayo naik."
"Aya, aku bisa bawa motor sendiri."
Aya tidak mengalihkan pandangannya, kini suaranya sedikit tegas, "Naik!"
Kevin mengangguk dan duduk di jok belakang motor Aya. Ini kali pertama Aya membonceng laki-laki. Aya melajukan motornya tanpa berkata apapun. Aya tidak berbicara, begitupun dengan Kevin yang memilih diam karena Aya yang mendiaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have a Crush On You
Teen Fiction"Boleh gue peluk lo?" "Hah?!" Karena Aya tidak merespon, laki-laki itu langsung memeluk Aya yang mematung lalu melepaskannya dan berkata, "Benar. Gue suka sama lo." "APA?" "Bercanda." Laki-laki itu pergi dan meninggalkan Aya yang masih mematung deng...