Setelah makan malam dan menidurkan Kania, Kevin kembali ke ruang keluarga dimana Lisa dan Lila sedang menonton drama korea bersama. Kevin duduk di samping Lila, suasana yang sangat Ia rindukan seperti ini. Memang benar, jika salah satu keluarga ada yang tidak akur itu mempengaruhi suasana seisi rumah.
"Gimana? Lancar pdktnya?" tanya Lila yang dibalas gelengan oleh Kevin, "Tidak lancar, Ma. Susah meyakinkan Aya kalau Kevin menyukainya."
"Yeh lo goblok... orang-orang juga kalo cuma bilang suka doang tanpa ada usaha apapun juga gak bakal percaya. Lagian lo juga dulu ngapa pakai peluk dan bercandain Aya. Udah tau anaknya sensitif kalo masalah perasaan."
"Dulu kan gue mikirnya, ya kali gue punya perasaan sama sahabat adek sendiri."
"Ya terus? Lo sadar perasaan lo saat itu tapi kenapa yang lo pacarin malah si Rara?"
Kevin bungkam.
"Gak usah pakai alasan, gue baru sadar sekarang, nyehh.... Lo udah sadar dari dulu sama perasaan lo, tapi lonya aja yang bego. Pintar sih pintar tapi soal percintaan lo bego kuadrat. Mampus lo si Aya udah gak mau di dekatin sama lo."
Lila mengelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya ini. Akhirnya hal-hal seperti ini kembali lagi ke dalam suasana rumahnya.
"Sudah sudah.... Kamu juga Lisa suka sekali bego-begoin orang. Tapi memang benar sih yang Lisa bilang," kekeh Lila yang membuat Lisa ikut tertawa. Kevin bukannya kesal malah tersenyum melihat keduanya.
"Tapi... lo mau tau sesuatu gak?"
Wah, Kevin deman nih sama hal seperti ini.
"Apa?"
"Gangguin aja Aya terus. Ntar juga dia lelah dan akhirnya menerima pernyataan cinta lo. Sama kayak Dion dulu pas dekatin Aya. Dia mah anaknya gak tegaan lihat orang berjuang dekatin dia."
"Gangguin? Maksudnya gue jailin gitu?"
"Hadeh!" Lisa dan Lila mengelengkan kepalanya. Memang benar begonya.
"Gue pukul ya kepala lo. Please maksudnya itu lo sering chat atau telepon dia, atau di sekolah coba dekatin dia. Gitu doang lo kagak ngerti, heran gue."
Kevin tertawa bego, "Ya maaf. Lagian ngasih tau yang jelas dong."
"Kamunya aja yang emang rada-rada." Ucap Lila
Begitulah malam ini mereka menghabiskan waktu bersama. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan mereka masuk ke kamar. Kevin membuka sedikit gorden balkonnya dan masih ada Aya berkutik di meja belajarnya. Kevin mengambil ponselnya dan menelepon Aya.
********************************************
Aya yang sedang membaca buku pelajaran untuk besok, mengangkat panggilan telepon yang berdering itu. Siapa lagi jika bukan Kevin yang menelepon jam segini.
"Orang aneh mana yang nelepon jam segini," ketus Aya
"Jangan marah-marah, Ay. Nanti gue makin suka sama lo."
"Kan itu urusan lo, bukan gue kak."
"Tapi lo harus bertanggung jawab dong, Ay!"
"Coba beri alasan lengkap kenapa gue harus bertanggung jawab?"
"Ay, gue nelepon buat dengar suara lo doang bukan mau ujian," kekeh Kevin dari semberang telepon, "Tapi kalo lo mau tau alasan lo bertanggung jawab. Pertama, lo udah tau kalo gue suka sama lo. Kedua, lo juga udah tau gue suka banget sama lo. Ketiga, lo harus tau kalo setiap hal yang omongin mau saran atau apapun itu selalu membekas di kepala gue. Keempat, lo harus tau kalau gue suka banget banget banget sama lo, Ay. Kelima, lo harus tau—"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have a Crush On You
Teen Fiction"Boleh gue peluk lo?" "Hah?!" Karena Aya tidak merespon, laki-laki itu langsung memeluk Aya yang mematung lalu melepaskannya dan berkata, "Benar. Gue suka sama lo." "APA?" "Bercanda." Laki-laki itu pergi dan meninggalkan Aya yang masih mematung deng...