Part 9

89 0 0
                                    



Aya sudah pulang ke rumah dan baru saja menyelesaikan tugasnya untuk besok. Saat Kevin tidur di bahunya tadi, Rezi datang bersama dengan teman Kevin yang lainnya dan Aya meminta Rezi untuk menggantikan posisinya. Aya pamit pulang ke Lisa, karena Ia sudah satu harian di rumah sakit dan belum membersihkan diri.

Aya sedang memakan silverqueen dan membaca novel baru yang Ia beli kemarin. Kegiatannya terganggu karena ponselnya yang tidak berhenti bergetar sedari tadi, Ia menghela nafas dan mengambil ponsel yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dan sebuah pesan dari Dion.

Dion<3

Panggilan tidak terjawab

Panggilan tidak terjawab

Panggilan tidak terjawab

Aya?

Gue rasa hubungan kita udah gak seperti dulu lagi, udah beberapa hari ini bahkan lo gak ngehubungi gue. Lo udah gak punya perasaan ya ke gue? Atau hanya gue yang punya perasaan ke lo.

Gue capek kalo kita gini terus, lo juga sibuk sama sekolah lo, sama olimpiade lo mungkin karena itu lo gak ada waktu buat gue.

Gue mau kita sampai sini aja, Ay. Makasih untuk satu tahunnya. Gue pengen focus belajar dulu, seperti lo.

Gue harap kita gak musuhan ya, Ay.

Panggilan tidak terjawab

Panggilan tidak terjawab

Oh okey. Thanks untuk semua kebaikan lo. Good luck.


Aya menyunggingkan senyumnya, tidak menyangka di malam hari seperti ini seseorang memutuskan melalui chat. Bahkan memutar balikan fakta, mengatakan dirinya tidak pernah menghubungi Dion dan tidak ada waktu. Nyatanya sudah lima bulan ini selalu Aya yang menanyakan keberadaan dan keadaan Dion. Dion meneleponnya? Itu saat memberikannya hadiah kemarin setelah lima bulan tidak pernah menelepon Aya duluan.

Perasaanya sekarang? Tentu saja lega, setidaknya Ia tidak merasa terbebani memikirkan untuk mengabari Dion, tidak perlu lagi memikirkan Dion terganggu atau tidak saat Ia meneleponnya. Sedih sih ada, tapi lebih banyak leganya karena Ia juga tau hal ini akan terjadi kapapun saat Dion sudah sadar perasaannya bukanlah untuk Aya.

Ponselnya kembali berdering, kali ini bukan dari Dion melainkan dari Kevin. Aya langsung mengangkat telepon itu, mana tau ada kabar penting yang ingin disampaikan Kevin.

"Halo?"

Tidak ada jawaban. Aya memeriksa ponselnya dan masih terhubung dengan Kevin.

"Halo Kak?"

"Mungkin ketekan kali ya," gumam Aya dan hendak mematikan teleponnya namun terhenti saat suara dibalik telepon memanggil namanya,"Aya?"

"Oh gue kirain ketekan. Kenapa kak?"

"Gue mau ngabari, Mama udah sadar dan kondisinya stabil."

"Syukurlah, gue turut senang kak. Besok setelah ekskul gue kesana ya. Bilangin Lisa jangan lupa istirahat, lo juga kak."

Hening. Aya kembali mengecek teleponnya dan masih tersambung. Aya mengerutkan keningnya, heran melihat Kevin yang beberapa hari ini sering menelepon Aya tapi hanya diam jika Aya selesai bicara.

"Kak? Kalo udah gue matiin ya."

"Tunggu."

"Lo kenapa diam terus sih setiap nelepon gue?"

"Karena gue cuma mau dengar suara lo doang."

"Aneh lo, emang selalu gini ya lo kalo nelepon sama orang kak? Cuma mau dengar suara mereka aja?"

"Cuma sama lo aja."

"Gue iyain aja deh, biar lo senang."

"Gue serius. Gue gak suka telepon sama orang kecuali kalo ada hal penting. Cuma sama lo doang gue telepon tentang hal-hal gak penting."

"Hahaha kak, lo kan nelepon gue sekarang juga karena hal yang penting, ngasih kabar tentang tante Lila," tawa Aya yang bingung dengan perkataan Kevin, "Lo gak usah pakai Cuma sama lo doang kak, jadinya kayak cuma sama gue doang lo nelepon begitu. Kita juga nelepon kalo ada pentingnya aja, Kak."

Hening kembali. Aya menghela nafasnya sulit memahami sifat Kevin ini, "Gue matiin ya kalo gak ada yang perlu lo omongin."

"Gue.... Makasih udah biarin gue tidur di bahu lo. Maaf, empat jam itu pasti buat bahu lo kesakitan. Gue gak mimpi buruk kali ini, mungkin karena ada lo disamping gue, Ay."

"Bukan. Itu karena butterfly hug effect yang gue ajarin itu. Bisa lo coba untuk kedepannya."

"Ah iya. Bisa jadi. Tapi alasan yang paling gue suka sih karena ada lo disamping gue........ Mimpi indah, Ay."

Kevin mematikan teleponnya setelah mengatakan hal itu.

Aya jadi teringat saat Kevin tertidur tadi, Ia memegang wajah Kevin, wajah lelahnya terganti oleh wajah tenang saat tidur. Aya merasakan ada susatu di dalam dirinya setelah mendengar perkataan Kevin. Namun Ia menghempaskannya,  Ia ingat tentang Kevin yang bercanda tentang perasaannya. Aya tidak akan terperangkap untuk kedua kalinya. Bercanda tentang perasaan orang lain itu tidak lucu sama sekali.

********************************

Setelah menelepon Aya, Kevin kembali duduk di depan ruangan Lila. Kevin yang jarang sekali menelepon orang, tapi jika dengan Aya, Ia lebih memilih untuk menelepon daripada mengirim pesan. Mendengar suara Aya kini menjadi candunya. Saat tidur di pundak Aya tadi, Kevin tidak bermimpi sama sekali dan Ia juga tidur dengan nyenyak. Sepertinya Butterfly hug akan selalu Ia gunakan saat stress seperti tadi.

Kevin kembali masuk ke dalam kamar Lila dan melihat Lila masih tertidur pulas. Kevin sudah menyuruh Lisa, Kania, dan Mbak Ayu pulang untuk beristirahat. Kevin duduk disamping ranjang Lila dan memegang tangan hangat itu. Ia merapikan rambut Lila yang menutupi wajahnya, mengelus pipi Lila, dan tersenyum sedih mengingat kata-kata yang Ia lontarkan dulu.

"Ma, Kevin jahat ya ke kalian semua?" ucapnya sembari mengelus tangan Lila yang sedang tertidur.

"Ma, Kevin takut banget mama ninggalin Kevin seperti Papa. Kevin belum siap untuk kehilangan mama juga. Kevin takut Ma. Kevin takut tidak ada lagi kesempatan untuk minta maaf."

"Ma.... Kevin tau permintaan maaf Kevin tidak sebanding dengan rasa sakit yang mama rasakan saat dengar kata-kata Kevin dulu. Kevin minta maaf, Ma. Maaf udah bikin sakit hati mama berulang kali. Maaf belum bisa menjadi abang yang baik untuk Lisa dan Ia."

Kevin mempererat genggaman tangannya, "Mama kalau butuh sesuatu bisa minta tolong Kevin kapanpun, tidak perlu sungkan. Kevin tidak pernah membenci Mama, Kevin takut jika kembali seperti dulu lagi pasti bakal ada yang terluka lagi karena Kevin. Ma.. Kevin berharap Mama, Lisa, dan Ia selalu diberi kesehatan dan berumur panjang. Kevin tidak bisa membayangkan jika kehilangan salah satu dari kalian. Kevin tidak berani berbicara saat mama sadar, disaat seperti ini Kevin berani berkata maaf. Sekali lagi, Kevin minta maaf Ma."

"Selamat malam Ma, semoga mimpi indah malam ini," ucap Kevin sembari mengecup kening Lila lalu pergi meninggalkan ruangan Lila.

Lila membuka matanya yang sudah berair, Ia terbangun saat seseorang mengenggam tangannya dan ternyata itu Kevin. Ia tidak pernah membenci Kevin, Ia tidak pernah marah ataupun sakit hati karena ulah Kevin. Lila tidak terlalu banyak bicara karena selama ini Ia kira Kevin membencinya, namun ternyata tidak. Lila merasa menyesal selama ini tidak bertanya dan meluruskan masalahnya. Ternyata mereka sama-sama terluka dan memendam perasaan itu.

"Leo... aku butuh kekuatan kamu."

I Have a Crush On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang