DUA CUP ES CREAM 14

31.1K 3.5K 194
                                    

"Hanya bersama dengannya, aku merasa benar-benar di hargai."

-Asha

****

Sekarang para inti Armada sedang berkumpul di aula juga bersama Asha duduk di tengah-tengah mereka kecuali Farhan, sang ketua. Gadis itu sudah memasang wajah masam sejak tadi. Baron yang tepat di samping Asha pun menyenggol sikut gadis itu.

Asha melirik sinis, "Apa?" Galaknya.

Baron menyengir menampilkan deretan giginya, "Udah dong jangan marah-marah gitu." Rayu Baron.

Asha tak menghiraukan rayuan Baron di sampingnya. Asha kesal lantaran di marahi habis-habisan, padahal Asha sudah berusaha keras untuk memahami semua gerakan, tapi yang namanya baru belajar, Asha hanya bisa satu atau dua gerakan saja. Itu pun perlu waktu yang cukup lama.

Asha menekuk wajahnya sambil bersedekap dada. Rasa kesalnya belum reda karena Reno. Cowok dingin itu terlihat lebih kejam jika sedang mode serius. Lebih kejam dari si wakil ketua, Zaki.
Dan rasa kesal Asha semakin bertambah, karena Farhan meninggalkannya bersama anak Armada.

Fahmi ikut mendekat ke arah Asha, duduk di samping Asha mencoba ikut mengembalikan mood gadis itu. "Lo mau apa biar gak bete lagi sama kita. Nanti kita beliin." Rayu Fahmi memberi penawaran.

"Lagian lo sih, Ren. Gak sabaran banget ngajarin Asha. Dia kan baru belajar, mana bisa langsung hafal semua gerakan." Omel Baron pada sahabatnya itu.

"Bener banget tuh. Ngajarin cewek itu harus sabar. Gak boleh marah-marah. Harus di perlakukan selembut sutra." Tambah Vano ikut--ikutan.

Sedangkan Reno tak bergeming seolah menulikan pendengarannya. Cowok itu asyik mengotak-atik ponselnya tanpa berniat menoleh sedikitpun. Wajahnya masih garang, bahkan kedua alisnya tampak menyatu. Menambah kesan dingin cowok itu.

"Maafin Reno ya, Sha. Dia memang begitu. Jadi jangan kaget sama sifat dia." Kini Zaki yang berbicara. Meski Zaki juga terkenal cowok yang dingin, namun cowok itu masih sedikit mempunyai hati hello kitty.

"Gimana nih, Zak. Ntar Farhan marah sama kita." Cemas Baron.

Marah? Ya, sebelum pergi meninggalkan Asha. Farhan berpesan pada Baron untuk tidak membuat Asha merasa tidak nyaman. Namun sekarang apa, Gadis itu sudah merajuk juga marah.

Padahal ulah Reno, tapi kenapa Baron yang cemas? The power of amanah memang berat.

Tapi ini juga salah Farhan menyuruh Reno mengajarkan Asha. Sudah tahu, Reno itu tidak bisa bersikap lembut kepada perempuan. Cowok itu terlalu kaku, dan susah bersikap peri.

Baron, Vano dan Fahmi menatap Asha bersamaan. Memikirkan bagaimana nasibnya nanti. Jangan sampai mood gadis itu belum mereda sampai ketuanya datang.

Jujur, mereka tidak tahu bagaimana mengatasi mood perempuan. Bahkan enam dari mereka hanya satu yang masih mempunyai kekasih, yaitu Zaki.

"Biasanya kalo Dea lagi bete, lo apain, Zak?" Tanya Vano meminta arahan.

"Gue juga gak tahu. Cewek kalo udah marah, tepung serbaguna aja jadi serba salah." Jawab Zaki lempeng, datar tak berexpresi.

"Yang punya pasangan aja bingung, apalagi yang jomblo." Celetuk Fahmi menyahuti.

"Lah, lo deketin Cantika gimana, Bar?" Tanya Vano pada Baron. Sahabatnya itu memang tengah berjuang mendekati cewek pujaannya.

"Buaya kelas ikan asin kaya Baron mah gak bakalan bisa deketin Cantika. Ada cewek cakep aja, jiwa playboynya keluar." Celetuk Fahmi lagi.

"Gak bener, gak bener." Bantah Baron dramatis, "Walaupun gue playboy, gue gak pernah mainin cewek. Tolong di garis bawahi. Tolong di pin."

MY GIRL / Gadis Koala ( sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang