KEMBALI KERUMAH LAMA part 23

28K 3.3K 409
                                    

Apa yang bukan milikmu, tidak akan pernah menjadi milikmu.

Dengan pakaian kantor pada umumnya, Asha berjalan menelusuri koridor bersama Maxiem dan Alan di samping kanan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan pakaian kantor pada umumnya, Asha berjalan menelusuri koridor bersama Maxiem dan Alan di samping kanan kirinya. Tadi, Pagi-pagi sekali, Asha di jemput oleh Alan untuk menghadiri rapat kerjasama barunya.
Setelah cukup lama berbincang mengenai rapat, Asha kembali keruangan.

Baru saja hendak masuk ke dalam ruangannya. Niat Asha di urungkan ketika Gabino tiba-tiba datang. Sontak Maxiem dan Alan langsung memasang badan di depan sang Nona.

"Saya ingin bicara dengan nona kalian." Kata Gabino santai. Biasa, tanpa terselubung niat jahat.

Maxiem dan Alan menoleh kearah Asha, meminta keputusan dari sang nona. Beberapa detik menimbang, Akhirnya Asha mengiyakan.
"Masuk, kak." Suruh Asha pada Gabino.

Keduanya masuk, sedangkan Maxiem dan Alan berjaga di pintu depan.

"Sha, Kak Gabino mau ngajak kamu bertemu paman." Ucap Gabino ketika keduanya sudah duduk berhadapan.

Asha masih diam menimbang. Melihat itu sebenarnya Gabino tau, kalau keponakannya itu ingin sekali menemui Bagaskara yang merupakan pamannya sendiri.

"Pasti paman senang bisa ketemu kamu lagi, Sha." Gabino berucap lagi.

"Paman dimana?"

"Di rumah bibi." Jawab Gabino cepat, "Ma-maksud kakak, di rumah kamu." Gabino segera meralat ucapannya.

Asha menarik bibirnya tipis ketika Gabino mengklaim rumahnya sebagai rumah Viola. Asha mengetahui kabar dari Brada jika sang paman mengalami sakit struk parah. Jangankan untuk berdiri, berbicara pun tidak bisa. Sejujurnya, Asha sendiri tidak tahu banyak apa yang sudah terjadi terhadap pamannya. Terakhir dirinya bertemu, pamannya masih baik-baik saja.

"Oke, Asha akan menemui paman."

****

Sekelabat kenangan langsung berputar seiring dimana mata melihat. Semakin di lihatnya, semakin terasa pula kenangan-kenangan bahagia itu.

Tanpa ada yang terlewat sedikitpun dari retinanya. Asha mengedarkan pandangannya saat kakinya baru saja berpijak di halaman rumah miliknya. Rumah yang penuh dengan kenangan berharga.

Asha menarik nafas sedalam mungkin, mencoba tersenyum dan menahan perasaan sakit itu. Kini, semuanya sudah berubah. Kehidupannya bukan lagi seperti kehidupan yang dulu. Yang hangat akan kasih sayang, yang bahagia dengan kelengkapan sebuah keluarga. Sekarang, Asha harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Menggenggam apa yang sudah orang tuanya perjuangkan untuknya.

"Ma, pa. Asha akan mengambil semuanya secara perlahan. Asha pastikan, Kerja keras papa tidak akan pernah di nikmati orang lain." Batin Asha.

"Ayoo." Gabino mengajak Asha masuk.

MY GIRL / Gadis Koala ( sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang