"Hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi dengan telapak tangan kita dapat mengubah hidup kita jauh lebih baik lagi."
Makan malam tiba dikeluarga Om Danu. Semula hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar sampai kemudian Rosa nyeletuk, "Kalian gak malu apa tinggal terus di sini, numpang makan, numpang tidur. Kalian itu udah buat keluarga ini tercemar juga tahu. Aku diledekin di sekolah karena kasih tumpangan sama anak koruptor."
"Rosa," mata tante Mawar melotot, lagi-lagi itu hanya dipaksakan. Hanya untuk menjaga citranya.
"Kalian jahat banget sih. Kita kan keluarga," protes Lisa, hampir-hampir air matanya jatuh.
"Julian cukup sabar tinggal di sini tapi, kalian kenapa terus hina kami?"
"Hei, kalian itu harusnya tahu diri, kami masih baik loh mau nampung kalian di sini," sahut Reyhan kemudian meneguk jus apelnya.
"Noah gak sanggup lagi. Kalian jahat! Kakak kenapa kita gak pergi aja dari sini," Noah mencengkram lengan gue dengan muka memelasnya.
Jujur gue juga udah gak tahan dengan penghinaan mereka. Pengen banget gue tonjok mulutnya Reyhan, gue pelintir mulut Rosa.
Lalu Om Danu menghela napas cukup berat. "Mau bagaimana lagi iya, Papa hanya gak mau nanti dikatain gak peduli sama keluarga sendiri. Masak papa biarin ponakan-ponakan papa terlantar begitu saja di luar."
"Kita masih punya hati nurani sayang." Lanjut tante Mawar dengan senyum yang terkesan dipaksa seolah menyindir kami. Hati nurani pala lu. Justru kalian sama sekali gak punya hati nurani karena terus-terusan menghina kami selama tinggal di sini.
Dengan amarah yang sudah memuncak gue GUBRAK meja makan, sangat keras dan membuat semua terkejut."CUKUP!" Gue berdiri dengan dada naik turun.
"KALAU KALIAN MENGANGGAP KAMI TIDAK TAHU MALU, JUSTRU KALIAN YANG LEBIH TIDAK TAHU MALU!!" tunjuk gue ke arah mereka dengan urat leher menegang.
"Om, om gak inget semua kebaikan yang papa kasi buat Om? Waktu Om kena tipu, dan kehilangan milyaran uang, papa yang bantu Om buat bangkit. Waktu Reyhan kena masalah sama geng motor dan hampir masuk penjara, papa yang bantu. Apa perlu Devan jabarin semua kebaikan papa buat kalian?
"Aku masih bisa sabar saat kalian menghinaku tapi, aku gak bisa terus-terusan diam saat kalian menghina adik-adikku dan papa kami."
Julian, Noah dan Lisa menitikkan air mata tatkala gue ngomong kayak gitu.
"KURANG AJAR KAMU!!
"Sudah untung Om nampung kalian di sini tapi, malah ngelunjak. Dasar gak tahu terimakasih."
"Hmph," gue menyunggingkan bibir.
"Justru om yang gak tahu terimakasi. Biaya kami selama dua pekan tinggal di sini belum cukup untuk ngelunasin semua uang yang udah papa keluarin buat Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Miskin Baru (Hiatus)
Teen Fiction[Jangan ditungguin karena gak bakal lanjut 🙃] Kehidupan mewah dan glamour bagi Devan dan ketiga adiknya kini hanya bayang-bayang belaka. Mereka harus tinggal di rumah susun dengan atap bocor, dinding tipis, ruangan tanpa AC dan segala kekurangan la...