10. Gara-Gara Mie Pelakor

46 25 98
                                    

"Manusia itu egois. Berani menyakiti tapi, takut untuk disakiti."



''Julian tunggu, Julian.'' Gue menghentikan Julian tepat di depan unit kami. Dia pulang dalam keadaan marah dan gue tahu rasanya.

''Kenapa kakak harus minta maaf bahkan bersujud di hadapan mereka? Mereka yang salah, mereka yang sudah menghina kita, menghina papa. Wajar kalau aku marah dan memukulnya.

''Aku tahu papa sudah dijadikan tersangka dan masuk penjara tapi tetap saja aku gak percaya papa korupsi. Aku gak terima papa dihina begitu juga dengan adik aku, kak.''

''Kakak paham Julian! Tapi kamu harus tahu diri. Kita udah gak punya uang. Masalah yang kamu timbulkan gak bisa kita selesaikan dengan uang seperti dulu.''

''Tapi aku gak bisa tinggal diam saat mereka menghina, kak.''

TAAAK. Gue terpaksa menampar Julian dengan penuh emosi karena adek gue yang satu ini susah dibilangin. Dia tidak paham betul maksud gue untuk tidak mencari masalah apalagi dengan kekerasan disaat kami tidak punya uang untuk menyelesaikannya. Keluarga gue memang salah dulu karena menyelesaikan masalah selalu dengan uang dan hal itu kebawa sampai kehidupan kami sekarang. Yakni masih terbiasa berbuat onar.

Pertengkaran kami disaksikan oleh orang-orang rusun termasuk Friska yang baru saja datang entah dari mana.

''Ini, tangan kamu,'' aku menggengam tangannya dan mengangkatnya di depan wajahnya, dia menunduk.

''Kamu harus pakai saat kamu membela diri.''

''Itulah yang aku lakukan tadi, kak.'' Julian menatap gue dengan nada suara meninggi.

''Kamu,'' gue cengkram kerah bajunya dan hampir meninjunya kalau Mas Lian gak menahan tangan gue, dia datang dari belakang.

Sumpah gue gak ngerti lagi harus menjelasakan bagaimana sama anak ini. Bukan itu maksud gue. Gue mau dia pakai kemampuannya untuk hal yang benar bukan seperti tadi.

''Van, udah Van. Tenangin diri kamu,'' kata Mas Lian.

Perlahan gue menurunkan tangan dan melepas kerah baju Julian dan berkata dengan suara yang lirih,

''Kamu harus sadar kita udah gak punya apa-apa. Kalau kamu gak mau buat kakak bersujud seperti tadi, kakak harap kamu jangan buat masalah lagi. Kamu ngerti?'' Julian tak menjawab apa-apa. Dia pergi masuk ke unit disusul Noah yang sambil menghapus air matanya.

Gue melihat sekitar dan para penghuni rusun yang keluar telah kembali ke unit-nya masing-masing. Mas Lian mengelus punggung gue untuk menenangkan. Mirza datang menghampiri dengan ekspresi dinginnya dan mengatakan, ''Jangan buat masalah di rusun ini.''

Setelahnya dia pergi.

Lalu Friska menghampiri dan mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik hitam yang dia bawa. Satu botol coca-cola dingin yang langsung dilemparnya kearah gue dan gue tangkap.

Orang Miskin Baru (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang