"Makin kesini gue paham arti bersyukur atas kenikmatan yang Tuhan telah berikan."
Kini El, Seshil dan Karina sudah sampai di rusun. Mereka menaiki anak tangga satu persatu dengan dipimpin El yang ekpresinya gak karuan. Menghela napas berulangkali, lesu, tatapan mata yang kosong. Di dalam hati berharap kalau kedua perempuan itu tidak berbuat onar di rusun seperti yang sudah-sudah.
''Hey sayang,'' sapa gue pada El ketika mereka telah sampai di lantai dua. Tidak lupa sambil cekikikan. Mampus kan lu. Siapa suruh memegang teguh kejujuran. Bwahahaha.
''Sayang-sayang, hmph.''
''Hampir aja ketipu sama ni cewek bar-bar.''
''Ye biar kata gue bar-bar tapi, tetep cantik,'' balas gue dengan mengibaskan rambut gue yang menjuntai sebahu. Selanjutnya gue berjalan melewati mereka tapi, sebelumnya gue tepuk bahu El dan berbisik di telinganya ''Bye sayang.''
Setelahnya gue pergi sambil tertawa girang membuat keduanya sensi dan El menghela napas dengan muka datarnya. BWAHAHA.
Mereka akhirnya sampai di unit 331. Setelah El mengucapkan salam dia membuka pintu dan mempersilakan keduanya masuk. Tidak tahunya El mendapati Al--abangnya sedang bermain kucing bersama Noah. Wajah El tiba-tiba berubah. Yang tadinnya datar kini bibirnya melengkung ke atas dan alisnya sedikit berkerut. Bukan cemburu karena kucingnya dijadikan mainan oleh mereka melainkan El khawatir pada kesehatan abangnya jika berdekatan dengan 'kucing liar' yang jelas-jelas tidak steril.
Al gampang terkena infeksi apalagi dengan kondisinya yang sakit-sakitan seperti sekarang. El akan bersikap overprotektif kepada abangnya ini karena tidak mau sesuatu terjadi atau memperparah penyakitnya. Untuk itu sebagai calon dokter El sangat memperhatikan kebersihan di unit-nya serta makanan saudara-saudaranya khususnya Al. El sangat suka kucing tapi tidak pernah membiarkan kucingnya masuk ke dalam rumah agar bulu-bulu kucing atau debu-debu yang dibawa tidak menyerang abangnya.
''Kenapa kucingnya ada di sini?'' tanyanya dengan suaranya yang datar tapi cukup menandakan kalau dia sedang marah
''Noah, kamu yang bawa?'' tanyanya pada bocah berisi di hadapannya ini, lagi-lagi dengan suara yang datar, tapi membuat Noah menunduk takut dan melipat bibirnya ke dalam. Bahwa benar anak itulah yang membawa kucingnya masuk.
''Abang yang bawa,'' jawab Al membela
''Abang jangan bohong,'' suaranya tetap datar tapi sorot matanya nampak tajam
''Iya, abang gak bohong El,'' jawab Al dengan tutur katanya yang lembut.
''Tadi ketemu Noah di bawah jadi sekalian aja abang ajak ke rumah,'' lanjutnya.
El menghela napas pasrah. Dia terkadang menjadi manusia yang peka disaat seperti ini dan sebenarnya tahu kalau abangnya berbohong dan berusaha menyelamatkan Noah. Tapi, El tidak bisa marah pada abangnya yang satu ini. Jadi, dia terima saja alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Miskin Baru (Hiatus)
Teen Fiction[Jangan ditungguin karena gak bakal lanjut 🙃] Kehidupan mewah dan glamour bagi Devan dan ketiga adiknya kini hanya bayang-bayang belaka. Mereka harus tinggal di rumah susun dengan atap bocor, dinding tipis, ruangan tanpa AC dan segala kekurangan la...