13. Pengkhianat

49 26 83
                                    

"Seorang pengkhianat bisa melakukan apa saja. Kecuali setia."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Usai pelajaran Pak Wayan, dosen killer gue cepat-cepat keluar kelas. Malas meladeni cibiran teman-teman yang kagak ada abisnya mengejek keluarga Sastra Wijaya. Terlebih sepanjang gue kuliah semenjak keluarga jadi bangkrut 'teman-teman' udah pada menjauh dan menganggap gue seolah gak ada di dunia ini. HMPH! Emang gak ada akhlak deh mereka. Datang waktu pas butuh doang.

Saat gue keluar kelas bisa-bisanya Kevin dan Adit nabrak bahu gue dengan sengaja di depan pintu seolah mereka gak lihat keberadaan gue di sana. Jangankan minta maaf mereka menoleh saja tidak. Justru keduanya langsung menyapa Raka dan Reyhan yang keluar dari kelas sebelah. Wah, gila, sekarang bahkan mereka berteman.

Dalam hati gue bergumam, ''Gue gak butuh orang munafik kayak kalian.''

Setelah menarik napas gue berjalan melangkahi keempatnya dan dengan sengaja menubruk bahu Kevin yang sedang berjalan sembari berbincang dengan Adit, Raka dan Reyhan. Setelah gue tabrak, gue melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan ke gue barusan. Gak minta maaf bahkan gak menoleh sedikit pun. 😏

''HEI. HATI-HATI DONG. LU PUNYA MATA GAK SIH?'' Teriaknya saat gue sudah melangkah beberapa langkah melewatinya. Gue menoleh dan memasang senyum smirk.

''Oh ada orang?'' sindir gue. ''Sorry mata gue silau kalau lihat orang munafik.'' Gue berbalik kembali berjalan meninggalkan mereka. Sedangkan Kevin sudah melayangkan tinju tapi ditahan Adit.

''Dah lah, biarin aja. Dia begitu karena kagak punya temen,'' timpalnya.

SIAL. <(-︿-)>

Gue sampai di kantin dan mengambil tempat duduk di antara tempat-tempat duduk yang berjejer di bagian tengah setelah membeli sebotol teh asro. Tempat yang gue dudukin sekarang gak ada orang. Semuanya sudah menempati tempat yang lain alias memang gak mau menempati kursi-kuris di samping gue. Gue tahu sekarang gue terlihat menjijikan di mata mereka.

Gue menyeruput teh dengan sedotan berwarna putih ini sampai habis setengahnya. Lalu gue mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi instagram. Menscrol layarnya dan lagi-lagi gue harus mengurut dada tatkala mendapati berita tentang papa bahkan tak jarang para netijen mengkritik dan membawa nama kami, anak-anaknya.

PAAKK!

Gue menggebrak meja kantin dengan layar ponsel gue. Meski pukulannya tidak begitu keras tapi, cukup menimbulkan perhatian seisi kantin. Gue menyeruput lagi teh di hadapan gue sampai habis.

''Kenapa lo, Van? Frustasi karena kagak bisa makan?'' Reyhan tiba-tiba datang nyeletuk, bersama ketiga 'teman baru' nya.

Gue milirik dengan tajam dan memperhatikan muka songongnya. Lalu dia mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya. ''Nih gue kasi uang buat lu makan.'' Reyhan mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah dan menyodorkannya ke gue.

Orang Miskin Baru (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang