16. 3 Bersaudara

30 18 31
                                    

"Buat apa ibu pulang kalau hanya mengecewakan kami?''

Usai pemakaman sang adik bungsu ketiga remaja laki-laki, mereka adalah Al, El dan An berkumpul di kamar mereka masih dengan isak tangis yang memenuhi ruangan berukuran 2x3 meter tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai pemakaman sang adik bungsu ketiga remaja laki-laki, mereka adalah Al, El dan An berkumpul di kamar mereka masih dengan isak tangis yang memenuhi ruangan berukuran 2x3 meter tersebut. Adik bungsu, yang berusia masih lima tahun bernama Kiara yang amat mereka sayangi harus pergi selamanya setelah mengidap demam berdarah. Keluarga mereka miskin sehingga tidak bisa membayar tagihan rumah sakit dan membuat sang adik tidak bisa ditangani dan akhirnya meninggal.

Andra yang kala itu masih berusia lima belas tahun menangis tersedu di sudut ruangan dekat meja belajar. Dia menekuk lutut dan menenggelamkan kepalanya di sana. Sedangkan kedua kakaknya hanya bisa terdiam meratapi kesedihan mereka juga.

Andra mengangkat kepalanya, ia mengusap air mata yang mengalir di pipi dan menatap gantungan kunci pikkachu yang sedari tadi ia genggam. Gantungan kunci itu memantik kembali kesedihannya, Air matanya terus mengalir tanpa henti. Karena gantungan kunci itu merupakan pemberian Kiara padanya dihari sebelum adiknya itu menghembuskan napas terakhir tepat hari itu adalah hari ulangtahun Andra.

''Andra, ikhlaskan Kiara.'' Al menghampiri adiknya dan mengusap punggung Andra. Ia tahu betul jika Andra sangat terpukul atas kematian adik bungsu mereka.

~oOo~

GUBRAK!

Terdengar suara orang terjatuh dari luar kamar ketiganya. Sontak hal itu mengalihkan perhatian Al, El dan An.

''MINGGIR!'

PRANK!

Suara pecahan beling yang dilempar begitu nyaring.

''MAS KAMU TU SEMPAT-SEMPATNYA MABUK DISAAT KITA BERDUKA SEPERTI INI.''

''APA URUSAN KAMU? INI HAKKU!''

Mereka sudah menduga apa yang terjadi diluar kamar mereka. Pastilah kedua orangtuanya bertengkar seperti yang sudah-sudah. AL dan El hanya bisa pasrah dan tak berbuat apa-apa. Sementara pertengkaran itu menyulut amarah di dada Andra.

Bocah yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP itu keluar dengan menghentak-hentakkan kakinya. Membuka pintu kamar dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras akibat benturannya.

''DASAR BAJINGAAAAAAN!''

PRAANK!

Andra mengambil vas bunga yang berada di ruang tamu dan melemparnya asal ke lantai menimbulkan suara yang nyaring.

''GARA-GARA BAPAK KIARA MENINGGAL. UANG BUAT RUMAH SAKIT KIARA BAPAK HABISKAN SEMUA HANYA UNTUK MEMUASKAN NAFSU. DASAR BAPAK GAK GUNA. BAJINGAN!''

''HEEEEI. BERANI KAMU BENTAK BAPAK KAYAK GITU!'' Mata Suardi memerah menatap nyalang kepada putra bungsunya. Wajahnya pun turut memanas, akibat pengaruh alkohol yang diminumnya.

Orang Miskin Baru (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang