"Sifat manusia itu terkadang bisa menjadi malaikat terkadang juga bisa menjadi iblis, tergantung pada situasi dan kondisinya."
Benar saja ketiga adik Devan dihukum berdiri hormat menghadap tiang bendera lantaran terlambat datang ke sekolah. Lisa terlihat lelah dan berkeringat. Di dadanya dikalungkan sebuah papan dari kardus yang bertuliskan, 'Saya tidak akan terlambat lagi.' Ditambah ejekan-ejekan dari murid-murid di sana. Rasanya Lisa ingin menangis menghadapi situasi ini. Dadanya terasa sesak mengingat kenyataan teman yang sudah seperti sahabat baginya tak peduli sama sekali dan cenderung menjauh.
Lisa sama sekali tidak punya teman semenjak papa diumumkan resmi sebagai tersangka dan masuk penjara. Tak ada yang mau duduk sebangku lagi dengannya bahkan kursi dan meja tempat Lisa belajar di kelas dicoret-coret dengan berbagai tulisan menghina.
"Anak koruptor."
"Dasar tikus berdasi."
Andra yang baru saja saat itu dari ruang guru menyaksikan Lisa berdiri di hadapan tiang bendera. Dia tahu sedikit tentangnya. Siapa yang tidak tahu Lisa di sekolah itu? Anak yang selalu heboh, buat tik-tok dengan temannya diberbagai penjuru kelas, salah satu siswi yang tertarik juga padanya-Lisa pernah memintanya untuk berjabat tangan karena tantangan dari sahabat-sahabatnya tapi Andra saat itu menolak karena bukan urusannya. Andra memang tipe orang yang cuek. Namun, kecuekannya itu lah yang menjadi daya tariknya meski terkadang ada senior-senior yang mengejeknya lantaran bukan berasal dari keluarga kaya. Tentu dia tidak akan mengggubris ejekan-ejekan itu. Dia lebih memilih tutup telinga dan abaikan semuanya.
Terbesit rasa kasihan pada Lisa. Andra tahu bahwa keluarga anak itu mengalami kebangkrutan, dia pun juga tahu tempat tinggal Lisa karena sekarang mereka satu rusunawa. Hanya saja Lisa belum tahu itu. Kemarin Andra tidak sengaja melihat Lisa sekeluarga pindah ke Rusunawa. Namun, sekali lagi, Andra orang yang cuek. Dia mengabaikan begitu saja Lisa berdiri di hadapan tiang bendera. Beberapa hari yang lalu juga saat Lisa di buli teman-teman sekelasnya Andra cuek menyaksikannya. Toh bukan urusan Andra.
Sepulang sekolah lagi-lagi Lisa dibuli teman-temannya di depan gerbang saat dia sedang menatap uangnya yang hanya tersisa sepuluh ribu rupiah. Dia bingung mau pulang dengan apa sedangkan biaya ojek tadi sekitar dua puluh ribu.
"Lis, lo pulang pakai apa sekarang??" nyinyir salah satu teman
"Hey, sekarang dia mah paling naik ojek atau angkot kagak dijemput mobil mewah lagi."
"Bwahaha, iya iya, lu betul."
"Bayar ojek aja dia gak mampu kali iya. Lihat aja sisa uangnya."
"Diem kalian. Aku masih punya uang kali buat bayar taksi," sanggah Lisa padahal dia tahu uangnya hanya tersisa sepuluh ribu rupiah setelah makan siang di kantin barusan. Matanya berkaca-kaca, ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Miskin Baru (Hiatus)
Teen Fiction[Jangan ditungguin karena gak bakal lanjut 🙃] Kehidupan mewah dan glamour bagi Devan dan ketiga adiknya kini hanya bayang-bayang belaka. Mereka harus tinggal di rumah susun dengan atap bocor, dinding tipis, ruangan tanpa AC dan segala kekurangan la...