"Pertemuan pertama membuat kami terhanyut untuk mengerjaimu."
Hari pertama gue dan adik-adik di rusun sungguh sangat menyebalkan. Kami yang terbiasa hidup mewah rada stres harus menjalani kehidupan orang miskin. Malam hari setelah membereskan barang-barang, kami bergiliran untuk mandi tapi, yah sayangnya kamar mandinya tidak seluas milik kami di rumah dan jorok membuat Lisa yang menjadi antrian pertama teriak histeris dan bergidig ngeri.
''Ih Lisa gak mau mandi kalau kamar mandinya kayak gitu, mana gak ada bak buat berendem lagi.'' Dia menghentak-hentakkan kakinya kesal. Gue garuk-garuk tengkuk leher merasa stress dengan kemanjaan adek gue yang satu ini.
Alhasil gue jadi antrian pertama yang sekaligus harus membersihkan kamar mandi yang----aaauuuh---merinding sendiri gue sama suasana kamar mandinya. Gak ada shower, gak ada bak untuk berendam, sabunnya juga terpaksa pakai sabun batangan, cerminnya juga gak ada, pakai toilet jongkok yang kotor banget dan penampungan airnya pakai ember.
Satu persatu kami sudah selesai mandi dan waktunya makan malam. Sumpah gue bingung harus beli apa untuk makan malam ini karena keuangan mulai menipis. Kami berempat berkumpul di ruang tengah, kagak ada meja makan besar seperti yang ada di rumah kami dulu.
TOK-TOK-TOK
Sembari berpikir menu makan malam tetiba ada yang mengetuk pintu unit gue. Siapa? Gue beranjak dari duduk dan membuka pintu menampakkan sosok makhluk kembar nyengir sambil bawa nampan di tangan mereka masing-masing.
''Hai penghuni baru!'' Sapa mereka
''Ha-i,'' jawab gue rada canggung sepertinya dua orang ini kelihatan baik.
''Ini, sebagai ucapan tanda selamat datang dari kami,'' kata salah satu dari mereka yang memakai handsaplas di pipi.
''He-eh?'' gue terkejut dan tambah canggung jadinya. Pasalnya gue baru aja pindah hari ini tapi udah ada orang baik aja nyapa.
''Udah gak usah malu-malu,'' sahut yang disebelahnya. Alhasil gue terima dengan senang hati.
''Siapa yang datang kak?'' tanya Julian menghampiri
''Hai,'' sapa keduanya. ''Sampai lupa kita kenalin diri.
"Gue Valentino dan ini adek gue Vincenzo. Kami kembar tapi, tidak identik,'' tunjuk laki-laki itu pada adiknya yang memakai handsaplas tadi. Gue dan Julian mengedip berulang kali, salfok sama kedua nama mereka dan mereka menyadari itu serta terkekeh.
''Panggil aja Alen, dia Vin.''
''Ooh oke,'' gue mengangguk masih merasa aneh dengan nama mereka. Ada-ada aja orang tua yang kasih nama ke mereka.
''Ini silakan diambil.'' Sekali lagi mereka menyodorkan dua nampan yang mereka bawa yang isinya empat piring nasi goreng dan empat gelas teh hangat. Gue dan Julian meraihnya sembari mengucapkan terimakasi pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Miskin Baru (Hiatus)
Teen Fiction[Jangan ditungguin karena gak bakal lanjut 🙃] Kehidupan mewah dan glamour bagi Devan dan ketiga adiknya kini hanya bayang-bayang belaka. Mereka harus tinggal di rumah susun dengan atap bocor, dinding tipis, ruangan tanpa AC dan segala kekurangan la...