20. Malming: Tebak-Tebakkan

45 24 65
                                    

"Main tebak-tebakan Yuk!!"
"Berapa kira-kira jumlah bab OMB sampai tamat nanti?
🤭

"Main tebak-tebakan Yuk!!""Berapa kira-kira jumlah bab OMB sampai tamat nanti?🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Sore ini cuacanya sangat cerah tidak ada hujan atau bahkan mendung untuk itu saking cerahnya ini hari jadi hari paling melelahkan. Gila sih ni rusun pakai acara gotong-royong segala mana gue kebagian bersihin selokan bareng bapak-bapak. Hal yang gak pernah gue lakuin seumur hidup. Gue tepar di antara Ardian dan Angga. Masa bodoh dengan badan gue yang kan tambah kotor. Toh udah kotor ini.

''Guy main tebak-tebakkan kuuuy,'' sorak Vin yang baru saja ikut bergabung di tengah-tengah kelelahan kami. Dia datang bersama kembarannya masih lengkap dengan celemek masaknya. Sial. Lihat mereka gue jadi rada kesal. Habisnya mentang-mentang jago masak mereka malah ditempat yang gak kotor dan menjijikan.

''Ayoook!'' seru Friska yang langsung bangkit dari paha Al. Gila paha Al bisa putih mulus gitu. Celana pendek yang ia kenakan tersingkap sedikit sehingga menampakkan betapa glowingnya dia punya kulit. Heran gue dia kan udah tinggal di sini jauh lebih lama tapi kenapa kulit gue yang duluan menggelap?

''Makanan, makanan apa yang suka berlari?'' tanya Vin

Sebagian orang nampak berpikir mencari jawabannya, sebagian yang lain terlihhat acuh karena sudah terlalu lelah dan membuat mereka malas untuk berpikir dan cukup menjadi pendengar saja. Salah satunya ya, gue ini. Gue memilih memejamkan mata saja.

''Apaan dah makanan yang bisa lari? Friska nampaknya sudah menyerah.

''Gak bisa nih?'' tunjuk Alen.

''Jawabannya adalah dug dug dug dug dug dug.'' Alen membuat suara seolah sedang memukul drum.

''Sayur-run,'' jawab Vin sambil memperagakan orang berlari. Sebagian penghuni rusun terkekeh mendengar jawaban Vin dan sebagiannya geleng-geleng kepala.

''Eeeeeh kampret lu. Mana ada sayur berlari,'' protes Friska.

''Yeee suka-suka gue.'' Vin menjulurkan lidah.

''Gue bales lu.'' Tunjuk Friska. Gadis itu menyingsing lengan bajunya yang kebesaran. Dia nampak berpikir sejenak lalu menjentikkan jarinya. ''Jika ada bus kecelakaan, pesawat jatuh, kapal tenggelam, semuanya akan muncul di mana?''

''Di tv,'' jawaban itu lolos dari bibir Vin.

''Ssshh. Kok lo bisa jawab sih,'' gerutu Friska menghentakkan kakinya karena kesal.

Gue sendiri sontak terkekeh dan membuka mata lalu bangkit. ''Pertanyaan lu sih gampang bet,'' komentar gue.

''Songong banget lu, Van. Ayo coba aja lu yang buat,'' tantangnya. Idih siapa takut. Gue berpikir sejenak. Apa ya, kira-kira pertanyaan yang sulit? Gue mecoba melirik ke sana kemari untuk mencari inspirasi.

''Gak bisa kan lu?''

''Diem njir gue lagi mikir nih.'' Mata gue tertuju pada Rere yang baru aja mengeluarkan sebungkus permen dan ia berikan ke Noah. Melihat permen itu tiba-tiba seolah ada lampu keluar dari otak gue. Rasain lu Friska, bisa gak lu jawab tebak-tebakkan gue.

''Permen, permen apa yang paling besar?''

''HAAAAA?'' mata Friska melebar dan alisnya berkerut tak terima.

''Apa? Ayo jawab,'' tuntut gue.

   Gue melihat mereka nampak berpikir. Alen mengelus dagunya sambil melihat ke langit. Serius amat dah tampangnya. Mana bibirnya pakai manyun pula. Friska terlihat meminta jawaban dari Al tapi pria pemilik senyum paling manis serusun itu mengangkat bahu tanda tidak tahu. Gue bisa melihat wajah Friska penuh kekesalan.

Bibir Noah sibuk mengulum permen sambil berpikir juga. ''Permen lolipop,'' jawabnya kemudian.

''Salah. Jawabannya candy borobudur.''

''Tahi lo itu candi, candi woy,'' protes Friska dan gue sontak menjulurkan lidah.

Srrrrrr.

Tiba-tiba Friska  mendapatkan semprotan air dari si kembar anaknya mas Lian sambil tertawa si kembar terus menyemprot Friska.

''Iiiiih kenapa kakak disemprot?''

''Coalnya kakak kalah dua kali,'' jawab Ara, gadis kecil yang memakai kaos kuning dan saudaranya yang bernama Arumi--memakai kaos pink melanjutkan. ''Jadi halus dihukum.''

Sontak suara gemas si kembar mengundang tawa penghun rusun. Manusia-manusia yang tadinya tidak bersemangat kini mulai bangkit dan menegakkan punggung mereka. Sepertinya mereka mulai tertarik dengan permainan tebak-tebakkan ini.

''Gue ada tebakan,'' suara lantang itu berasal dari Andra dan mengintrupsi semuanya untuk diam dan mendengarkan. Habisnya tumben manusia kulkas ini ngomong.

''Seandainya ada sekolah dengan murid berisi hewan semua, kira-kira hewan apa yang sering terlambat?'' tanyanya dengan muka datar.

''Emangnya ada hewan sekolah?'' protes gue.

''Kan seandainya kak Devan,'' balas Lisa.

''Becanda kali. Sensitif banget dah.''

Apa ya? Soalnya kok rumit sih. Otak si kulkas seribu pintu emang gak bisa diremehin nih. Gue menyilang tangan di depan dada dengan alis mengerut. Kurasa semua orang sedang serius berpikir. Lalu gue lihat Mirza bangkit dari paha Noah dan meregangkan tubuhnya.

''Jawabannya ada di depan kakinya Devan.'' Sebisa mungkin Mirza menahan tawa. Dasar gak jelas. Apa coba di depan kaki gue?

''Eh, eh, ada kaki seribu,'' pekik Ardian tepat di samping telinga gue. Anjir. Daripada mengurus telinga gue yang hampir budeg gara-gara suara Ardian. Gue kaget waktu mata gue menangkap sosok ulat kaki seribu berjalan dengan cepat menuju selangkangan gue. Tahi. Gue gak bisa gerak dan terus menjerit.

''AAAAAAAAAAAAAnjir!'' Tiba-tiba Vin menginjak ulat itu tepat di depan selangkangan gue, Nyaris harta berharga gue kena injak kakinya. Dada gue naik turun gegara satu hewan  kecil menjijikan.

Ara dan Arumi tertawa diiringi semua penghuni rusun termasuk Andra. Sialan. Jantung gue hampir copot mereka malah tertawa begini. Mana Noah dan Julian ketawanya yang paling besar pula.

''Cemen luuu.'' Friska tertawa memegangi perutnya.

''Kayak lu berani aja, tahi!''

''Emang gak berani.'' Friska lagi-lagi tertawa.

~oOo~

~oOo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Orang Miskin Baru (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang