9. Sulitnya Hidup Tanpa Uang

62 33 137
                                    


''Cara ampuh untuk bersyukur adalah ketika kamu tahu rasanya kekurangan.''

Hari ini Devan lagi-lagi tidak ke kampus padahal pagi-pagi banget gue lihat dia berangkat minjem sepeda gue sehabis memastikan adik-adiknya berangkat sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Devan lagi-lagi tidak ke kampus padahal pagi-pagi banget gue lihat dia berangkat minjem sepeda gue sehabis memastikan adik-adiknya berangkat sekolah. Julian dan Noah berangkat dengan sisa uang yang Devan punya. Untuk makan malam semalam untungnya Devan sebelumnya beli beberapa bungkus mie. Lalu paginya mereka nyaris gak sarapan kalau bukan gue yang anterin nasi goreng buatan bokap ke mereka berempat. Asli gue miris banget sama nasib keluarga Sastra Wijaya dan bisa-bisanya satu-satunya keluarga yang mereka miliki gak ngebantu sama sekali.

Dan salah satu alasan gue minta tebengan sama Mirza ya, karena Devan katanya mau meminjam sepeda gue. Motor yang baru gue beli dengan kualitas super sacond dipakai bokap buat cari kerjaan katanya. Dan entah Devan mau kemana? Barangkali bakal cari kerja. Mau gak mau, suka gak suka dia harus kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Lalu ketiga adiknya dengan sangat terpaksa tidak membawa uang jajan hari ini.

''Kakak benaran gak ada uang buat jajan kita?'' muka Noah udah kelihatan memelas banget sebelum mereka berangkat sekolah tadi.

''Maafin kakaknya tapi ini uang terakhir yang kita punya,'' jawab Devan hampir-hampir akan menangis mengingat papanya.

''Terus kita pulang bagaimana nanti? Jalan kaki?''

''Nanti kakak jemput,'' dengan yakin walau sebenarnya dia sendiri gak yakin. Devan memegang bahu Noah, mencengkramnya lembut.

''Siang nanti kakak bakal dapat uang dan kaka bakal beliin makanan kesukaan kalian.''

''Bener kak?'' mata Julian berbinar pun juga Noah dan dianggukan Devan.

''Jadi kalian harus tahan iya, kalian kan cowok. Masak gak kuat nahan sehari aja.'' Devan berusaha menyemangati.

''Oke, kita kuat kak,'' Noah menepuk dadanya mantap dan saling pandang dengan Julian.

''Bagus.''

.........

Gue terus mengayuh sepeda yang gue pinjem dari Friska pagi tadi dengan terpaksa menurunkan ego. Gue merasa kasihan sama ketiga adik yang hari ini terpaksa gak ada uang jajan buat mereka bahkan sarapan pun gue bersyukur ada Friska berinisiatif atau entah mungkin peka dengan keadaan gue-ngasih kami nasi goreng buatan bokap dia. Jujur baru kali ini gue merasa bersyukur meski itu bukan sesuatu yang besar.

Hari ini gue mau pergi ke toko jam tangan niatnya mau ngejual jam tangan mahal yang kini melingkar di pergelangan tangan kiri gue. Ini adalah jam tangan termurah milik gue seharga lima belas juta. Untung-untung kalau nanti harganya gak turun drastis karena modelnya lumayan sudah agak lama. Kalau bisa balik ke rumah dulu gue dengan senang hati mengambil semua jam tangan yang gue punya dan dijual tapi, sayangnya rumah itu sudah disegel dan tidak boleh didatangi plus dijaga pula oleh pihak kepolisian. SIAL! ( ̄へ ̄)

Orang Miskin Baru (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang