Minho berani bersumpah dia gak pernah sepanik ini. Bahkan skala paniknya lebih besar daripada waktu ada kucing tetangga yang mau lahiran di kasurnya.
Benar-benar panik, sampai-sampai dia gak sadar kalau keringatnya bercucuran.
"Jisung bakal baik-baik aja.. ngga usah panik Ho!"
Efek panik, kuku jempolnya hampir habis tergigit. Daritadi dia berjalan mondar-mandir di depan ruang pasien.
Tadi tanpa diduga, Jisung jatuh pingsan dengan hidung berdarah-mimisan. Untung Minho punya refleks bagus menangkap badan mungil mantan adik tingkatnya. Walaupun panik, Minho masih cukup sadar dan bisa mengemudi ke RS.
Cowok bangir itu mengusap wajah kasar-kasar, gak bisa membayangkan nasib Jisung kalau gak ada orang yang lewat dikuburkan itu.
"Wali pasien?" suara dibelakangnya sukses mengambil alih kesadaran Minho
" Ya, saya! Gimana kondisinya dok? Saya sudah bisa masuk?" tanyanya gak sabaran.
Dokter cantik didepannya tertawa kecil, "Jisung ngga papa, dia cuma butuh istirahat. Belakangan ini dia emang sering begadang, apalagi dia punya anemia..kamu boleh masuk."
Minho mengangguk lega, masuk kedalam ruangan dan menutup pintunya hati-hati. Langkahnya dibawa mendekati ranjang dan duduk ditepinya.
Pipi Jisung yang tadi memang pucat tambah pucat karena paparan AC.
"Maaf ji..maafin gue..maaf ngga bisa jadi orang pertama yang denger keluh kesah Lo.." Minho menunduk dalam, genggam tangan Jisung yang bebas dari infus.
"Maaf ngga bisa tepatin janji gue.."
Dengan penuh penyesalan Minho mengecup punggung tangan mantan adik tingkatnya. Cowok hidung bangir itu mendongak, bawa sebelah tangannya untuk menyingkirkan poni yang menutup sebagian mata Jisung
"Shtt....gue ada disini...jangan nangis~" lirihnya sambil menghapus air mata yang mengaliri pelipis Jisung.
Cowok manis itu mengerjab, menatap langit-langit dalam diam. Merasa ada yang menggenggam tangannya, dia menoleh kesamping, buat Minho tersenyum teduh.
"K-kak Minho?" panggilnya parau.
"Hm...ini gue..kenapa Ji? Butuh sesuatu?" balasnya.
Air mata Jisung menetes lagi, tambah banyak sampai-sampai basahi bantalnya.
" Ya Tuhan.... Ji harus apa? Kenapa rasanya nyata banget? Ji cuma pengen istirahat..." bisiknya selirih angin
Minho menggeleng, hapus lagi air mata tupai manisnya. Tangan kanannya mengelus pipi Jisung.
" Gue ngga mau bangun kalo ini mimpi..."Minho tertawa pelan,merasa terhibur dengan ekspresi Jisung. Pipi yang sudah gak gembul itu dicubit lembut.
" Bukan mimpi Ji..." bisiknya pelan.
" Lo ngga becanda kan?"
"Gue selalu serius kalo soal elo.."
Dan Minho langsung merasa dadanya sesak, tapi senyum bahagia tercetak jelas. Tangannya.engelus sayang kepala bermahkotakan rambut pirang yang tenggelam didadanya. Matanya tertutup, benar-benar menikmati momen langka itu.
" Lo ngilang kemana aja? Gue kira gue ngga bakal bisa liat Lo lagi....hiks..maafin gue soal-"
" Shtt... harusnya gue yang minta maaf..maafin gue yang kepancing emosi dan malah pergi gitu aja... Maaf ngga bisa jad orang pertama yang jadi pendengar lo..maaf ninggalin lo dimasa sulit.. maaf Ji..maaf gue bener-bener bego-"
Kalimatnya terpotong karena merasa kepala Jisung menggeleng rusuh dalam pelukannya. Akhirnya tupai manis ini bisa Minho peluk erat-erat, dia gak akan bisa lepas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single?💟
Fanfiction"Ya.. Karna lebih bebas aja gitu, ngga ada yang ngatur-ngatur ngga ada yang ngelarang-larang pokoknya semua bisa sesuka gw" begitu jawaban Jisung kalo ditanya kenapa sampe sekarang belom punya pacar. Banyak yang heran sih. Secara Jisung tuh udah imu...