||Minho's promise

165 23 10
                                    

Minho benar-benar membuktikan janjinya. Bahkan Minho sama sekali gak menegurnya saat mereka berpapasan. Rasa-rasanya Jisung mau menangis, kenapa semua jadi begini? Jisung bahkan belum bisa mencerna apa yang terjadi kemarin.

"Minho-" panggilnya tertahan.

Didepan sana, Minho sibuk dengan panggilannya, buat Jisung mau gak mau harus menelan kalimatnya.

Dan dengan gampang, Minho melangkah pergi seakan gak terjadi apa-apa. Jisung gak habis pikir, kenapa kisah cintanya serumit ini?

Diwaktu yang sama, Minho mempercepat langkahnya, menekan semua perasaan dalam-dalam. Harusnya dia gak pernah kenal Jisung, gak pernah main-main sama cinta.

"Lo kuat Minho,..."

Tangannya mengepal, menahan diri supaya gak berlari memeluk cowok manis yang sialnya sudah mengetuk pintu hatinya. Cuma butuh waktu singkat, Minho sukses jatuh dalam pesona Jisung.

"Iya pa, Minho ambil yang ke London." putus Minho agak ragu.

"Udah pamit belom sama pacarmu?" nada penuh ledekan terdengar, berhasil buat telinga Minho panas.

Sepatunya diketuk-ketukkan ketanah, berusaha menghilangkan kegelisahan yang terasa kental menyelimuti.

"Hhh... Jisung ngga tau..-ah udah dulu ya pa, Minho harus siapin berkas..."

Gak mau papanya makin bertanya, Minho memilih mematikan panggilannya sepihak, sama sekali gak menyadari, diujung sana Jisung menatap dengan sedih.

••

"Kak Minho sibuk Bun...lagi ngga bisa diganggu.."
Jisung mulai kehabisan kata-kata untuk meyakinkan bundanya.

Bundanya terus meminta untuk bertemu dengan Minho, , dan Jisung gak sampai hati jujur tentang kejadian beberapa hari yang lalu.

Bundanya benar-benar berharap bisa ketemu lagi dengan mantan katingnya. Padahal hubungan mereka sudah benar-benar kandas bahkan sebelum dimulai. Miris!

Jisung cuma berusaha supaya sang bunda fokus dengan proses penyembuhan. Sama sekali gak menyangka kalau itu jadi permintaan terakhir sang bunda kepadanya.

Karena seminggu kemudian, bertepatan dengan keberangkatan Minho ke London, sang bunda menghembuskan nafas terakhir.

"Kenapa? Kenapa semua jadi kayak gini...?! Kenapa semesta gak suka liat gue bahagia?!"
Jisung menangis, meracau karena permainan takdir yang benar-benar hebat.

Rambutnya diacak-acak karena frustasi, tangisannya pilu menyayat hati. Jisung terluka terlalu dalam, tanpa membiarkan bekas luka lama yang belum kering.

Gak ada seorang pun yang tau, bagaimana terpuruknya Jisung selama ini. Bahkan Jeongin sahabat karibnya gak tau menahu soal kabar duka ini. Semua disimpan rapi dibenaknya.

"Tuhan.... Ji harus gimana?" lirihnya putus asa.

Jauh diseberang lautan, Minho resah. Bayangan Jisung terus hadir penuhi kepalanya. Padahal Minho sudah berusaha fokus dengan pekerjaannya, berusaha menyibukkan diri.

Tapi rasanya ada yang mengganjal. Dia berusaha berpikir positif, tapi pesan yang masuk buat pikiran negatif jadi dominan.

Hyunjindower(2)
Today

Lo kmna aja sat?-read.
Bundanya Jisung meninggal-read.

Deg!

Jantungnya berhenti berdetak. Jadi ini yang buat dia gelisah seharian?

'Kalo bunda minta kamu buat jaga permata bunda satu-satunya mau kan, Minho?'

'pasti Bun, tanpa bunda minta Minho bakal jagain Jiji..'

Cowok bangir itu menutup matanya. Kalimat itu terus terulang kayak kaset rusak dikepalanya. Andai perempuan cantik itu tau, Minho lah yang menghancurkan permata berharganya.

Dengan jari yang luar biasa gemetar, Minho mengetik balasan pesan Hyunjin.

Gue di London-read
Kapan?-read.

Ck. bisa²nya ga ngbrn kt-read.
Udah seminggu, dan hebatnya gue bru tau kmren-read.

Sorry, dan makasih infonya-read.

Kenapa Jisung egois? Kenapa gak ada yang tau masalah sebesar ini?

Minho bisa membayangkan, gimana hancurnya cowok manis itu. Orang tua yang dia punya sudah pergi. Terlalu hancur sampai Jisung gak ingat banyak orang yang bisa diajak berbagi.

Dan Minho yang yang sudah berjanji malah gak bisa hadir disampingnya.

"Maaf.....maaf Ji...maafin gue.."

Gak mungkin Minho langsung pesan tiket untuk pulang, sementara dia baru saja sampai sekitar semingguan. Gak itu gak mungkin!

Dan dengan berat hati, Minho baru bisa kembali ke sana setelah kasus pertamanya sebagai jaksa selesai. Ya, makin lama ditunda, makin besar juga rasa bersalah Minho.

Dan sekarang dia disini, berdiri kaku ditempatnya, diantara gundukan tanah. Menggigit bibir bawahnya karena gak sanggup bertemu cowok manis itu.

Minho datang dengan sebuket bunga Lily putih, berniat memohon maaf atas janji yang dia ingkari.
Sama sekali gak menyangka akan bertemu Jisung.

"Tiga bulan...."

Suara lembut yang masih terekam jelas di kepalanya mulai terdengar. Minho kira cowok manis itu berubah, ternyata gak-ah..mungkin pipi gembulnya yang hilang.

"Itu bukan waktu yang singkat buat Ji, dan bohong kalau Ji udah mulai biasa sama kekosongan ini....ngga Bun.. Ji kesepian...."

Jisung menunduk, genggam erat buket Krisan putihnya. Benar-benar pemandangan yang mengiris hati Minho.

"Kalian pergi ..Ji kira Ji udah siap... ternyata ngga bisa.."

Minho melangkah mendekat, gak berniat sembunyi-sembunyi lagi. Gak mau munafik kalau sekarang dia rindu Jisungnya.

"Dan sampe sekarang, bayangan bunda dan kak Minho tetap jadi teman terbaik buat Ji.."bisiknya sambil kecup nisan sang bunda.

Minho bukan tipikal cowok yang gampang meneteskan air mata, bahkan jarang sekali. Tapi dia bersumpah, demi Jisung dia rela jadi cowok cengeng sekalipun.

"Ji...maaf...maaf.."

Jisung mendongak, gak kaget dengan kehadiran Minho. Dia malah tertawa, buat cowok scorpio itu bingung setengah mati.

"Kayaknya Ji butuh psikiater deh..haha... sekarang dia bahkan bisa ngomong.." geleng Jisung gak habis pikir.

Minho menunduk, jadi jisung berpikir ini gak nyata? Separah itu?

171222

😐
Typingnya jadi aneh😭sorry...mana alurnya jadi cepet banget lagi....

19222

Single?💟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang