Dua minggu lalu, Minho selesai dengan acara wisudanya. Dapat gelar sarjana hukum dibelakang namanya dengan nilai cumlaude, benar-benar jadi prestasi yang membanggakan.
Papa dan mamanya hadir, lebih memilih meninggalkan sebentar pekerjaan demi Minho, anak tunggal mereka.
Pelukan hangat dari sang mama langsung Minho dapat saat turun dari panggung, membuat cowok kelahiran oktober itu menggigit bibir menahan tangis haru.
"Congrats, bro!"
Usakan pelan penuh afeksi dari sang papa mampir dipuncak kepalanya. Minho tersenyum tipis dengan mata yang mulai diselimuti kabut bening.
Pelukannya dilepas, Minho menunduk dengan sebelah tangan mengusap air matanya.
"Makasih pa, ma, Minho ngga bakal kayak gini tanpa kalian..."
Keluarga kecil itu kembali berpelukan, mirip adegan Teletubbies. Minho mengerjab pelan diantara pelukan hangat itu.
Gak, dia gak salah lihat! Walaupun dia gak mau terlalu berharap, tapi apa yang dia lihat terlalu nyata untuk disebut halusinasi.
"Jisung?" gumamnya lirih.
Lima langkah didepannya, Jisung berdiri sambil ukir senyum manis melihat Minho dipeluk dua orang tuanya. Penampilannya lebih dari kata manis.
Rambut coklatnya sekarang dicat pirang, plus dibingkai baret biru langit yang makin melengkapi kecantikannya. Tangan mungil dengan jari lentik itu menggenggam buket, bachelor button—bunga sejuta harapan.
' selamat kak...'
Minho balas tersenyum saat matanya membaca gerak bibir Jisung diseberang sana.
"Kayaknya ada yang mau ketemu tuh..." bisik sang papa disamping telinganya.
Minho tertawa kecil, mengangguk dan melepas pelukan erat itu. Memohon ijin sambil kulum senyum. Dapat anggukan dari kedua orangtuanya, Minho gak lagi bisa menahan senyumnya.
Dia berlari kecil, menghampiri Jisung yang masih setia berdiri menunggu.
"Ji—lo dateng?" lirihnya gak percaya.
"Ya Dateng donk! Inikan hari bahagia lo! Gimana sih..ngga suka gue dateng?!"
Senyumnya makin melebar, gak peduli dengan Jisung yang bisa saja marah atau dua orang tuanya yang masih diposisi yang sama—menonton, Minho tarik Jisung kedalam pelukan erat.
"Thanks, Ji..."
"Hmm~ lo pantes dapetin ini...lo udah berusaha lakuin yang terbaik..."
Tanpa ragu, Jisung balas memeluk, tumpukan dagunya dibahu tegap sang kating. Sebelah tangannya yang bebas mengusap lembut belakang kepala Minho.
Wajah Minho tenggelam sepenuhnya diceruk leher Jisung, hirup dalam-dalam aroma menenangkan si cowok manis.
Dalam hati Jisung merutuk, potongan adegan dimana dia yang mencium Minho duluan lewat tanpa permisi. Bibir bawahnya digigit menahan geli, tapi dia memilih diam.
Dia malu setengah mati, dan beruntung Minho juga gak pernah membahasnya lagi.
Bukannya gak sadar, tapi Minho lebih memilih diam tanpa berkomentar saat dilihatnya mata Jisung sembab seperti habis menangis.
••
Hampir setengah jam lamanya Minho duduk menunggu di taman, tapi gak ada sama sekali tanda-tanda kemunculan Jisung. Padahal Jisung yang membuat janji.
Tugasnya masih banyak dan tentu aja semua itu minta diselesaikan.
"Sorry, udah bikin lo nunggu lama banget..."
![](https://img.wattpad.com/cover/311175454-288-k17628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Single?💟
Fiksi Penggemar"Ya.. Karna lebih bebas aja gitu, ngga ada yang ngatur-ngatur ngga ada yang ngelarang-larang pokoknya semua bisa sesuka gw" begitu jawaban Jisung kalo ditanya kenapa sampe sekarang belom punya pacar. Banyak yang heran sih. Secara Jisung tuh udah imu...