04

819 155 10
                                    

Hari berganti hari, bulan terus berganti begitupun tahun. Kini Rai, Kevin, dan Sintia sudah masuk SMA, sedangkan Ardi? Tentu saja sudah kuliah karena jarak antara umur Ardi dan 3 serangkai ini adalah 4 tahun.

"Assalamu'alaikum, Rai sayang sekolah yuk," ucap Kevin yang kini sudah berpacaran dengan Rai.

Flashback

"Kita mau kemana Sin?" tanya Rai yang saat ini sudah menggunakan gaun karena dipaksa oleh Sintia.

"Ada deh, nanti kamu juga tau kok. Kamu ikut aja, jangan banyak nanya," ucap Sintia karena ngga mau ditanya-tanya oleh Rai.

"Iyain aja dah."

"Pada mau kemana?" tanya Ardi yang baru saja mau keluar.

"Eh abang Ardi, mau ikut kita ngga?" tanya Sintia malu-malu.

Ya, Sintia  diam-diam memiliki perasaan kepada abangnya Rai dan itu semua tidak ia ceritakan kepada dua sahabatnya yaitu Rai dan Kevin. Ia menyimpan secara rapat perasaan dia kepada Ardi. Tapi tanpa Sintia berceritapun, Rai sudah mengetahui kalau Sintia naksir abangnya, itu semua sudah terbaca dari gerak gerik yang ia lakukan saat berinteraksi dengan abangnya.

"Ngga dulu deh, abang mau kuliah dulu soalnya ada jadwal," ucap Ardi sambil melihat jam di tangannya.

"Owalah semangat deh kak kuliahnya, jangan bolos, nanti abang ngga pinter lagi," ucap Sintia dan dijawab oleh kekehan serta acakan rambut oleh Ardi.

"Makasih ya," ucap Ardi yang kini berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Ckck kalau mau ganggu abang gw nanti aja deh, kita jadi pergi ngga si," ucap Rai yang kesal karena melihat keuwukan mereka berdua.

"Iya-iya ini juga mau pergi, bawel banget si."

"Ngga gw restuin, baru tau rasa," ucap Rai sambil menatap balik Sintia.

"Ckck gitu aja ngambekan, ayo masuk nanti kita telat lagi," Sintia memasuki pintu belakang mobil dan diikuti oleh Rai.

"Pak ke kafe binar ya," ucap Sintia dan dijawab anggukan oleh supirnya.

"Siap non."

"Kita mau ngapain ke kafe Sin?" tanya Rai yang kebingungan.

"Lu diem aja deh, jangan banyak cincong."

Rai yang mendengar ucapan Sintia pun, merasa kesal.

"Iya deh, gue diem."

***

Di kafe

Sesampainya di kafe binar, Rai merasa sangat aneh karena tidak ada satu pun pengunjung di sana.

Kring

lonceng pintu kafe berbunyi, sebagai penanda, adanya pengunjung yang hadir. Tak lama setelah membuka pintu kafe tersebut tiba-tiba terdengar bunyi tut piano dan suara nyanyian yang merduh.

"Kok sepi Sin? Apa kafenya tutup ya?" tanya Rai yang merasa heran.

"Masuk aja deh, jangan nanya mulu," ucap Sintia  sambil mendorong Rai ke depan panggung untuk duduk pada kursi yang paling depan.

Sesampainya disana, bertapa terkejutnya Rai karena melihat Kevin memainkan piano. Padahal setau Rai, Kevin tidak bisa bermain alat musik apalagi nyanyi.

"Itu Kevin?" tanya Rai yang merasa tidak percaya.

"Iya," jawab Sintia seadanya.

Raisya Nandita [Tamat-belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang